REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Indonesia AirAsia akan melepas sekitar 20 persen saham ke publik melalui penawaran umum perdana atau "initial public offering" pada akhir kuartal tiga 2011. Presiden Direktur perseroan Dharmadi dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, mengatakan, dalam pelaksanaan IPO itu perusahaan menargetkan memperoleh dana sekitar 150-200 juta dolar AS atau sekitar Rp1,3-1,8 triliun.
"Paling cepat akhir kuartal ketiga atau pada kuartal keempat kami melakukan IPO," ujarnya. Ia mengatakan, dana yang diperoleh dari penawaran umum tersebut akan digunakan untuk membeli pesawat baru dan memperkuat modal kerja operasional perseroan.
"Saat ini armada kami di Indonesia ada 16 pesawat, kami targetkan jadi 30 pesawat pada 2015," katanya. Hingga akhir 2010, kata dia, pendapatan perusahaan mencapai Rp2,76 triliun atau tumbuh 37 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara laba bersihnya juga naik 351 persen menjadi Rp474 miliar dibanding periode yang sama 2009.
Ia menambahkan, tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 18 persen. Sementara volume penumpang tahun lalu mencapai 3,9 juta penumpang atau naik 15 persen dibanding 3,46 juta pada periode yang sama 2009.
Dalam rencana IPO itu, Dharmadi mengatakan, perusahaan melakukan seleksi terhadap calon investment bank yang akan bertindak sebagai penasehat keuangan. "Kami telah memilih joint lead underwriter yaitu CIMB Securities dan Credit Suisse," ujarnya.
Komposisi saham perseroan saat ini sebanyak 49 persen dimiliki oleh AirAsia Berhad (Malaysia), dan 51 persen dimiliki oleh Indonesia antara lain 20 persen dimiliki oleh Pin Haris, 10 persen oleh Fersindo Nusaperkasa, dan 21 persen oleh PT Langit Biru.
"Kami akan mengikuti peraturan yang berlaku. Nantinya, saham yang dilepas mixed dari saham Indonesia dan AirAsia Berhad (Malaysia) sehingga saham founder akan terdilusi bersama-sama," ujar Dharmadi.