REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah siap membuka lahan seluas dua juta hektare untuk mengantisipasi penurunan produksi pangan sebagai dampak perubahan iklim maupun iklim ekstrem global saat ini.
Menteri Pertanian Suswono di Jakarta, Jumat, mengatakan saat ini ketersediaan pangan dunia semakin berkurang dan menipis karena produksi di negara-negara produsen mengalami penurunan akibat dari iklim yang tidak menentu.
Kondisi tersebut, lanjutnya, mengakibatkan negara produsen pangan mengambil langkah untuk tidak lagi mengekspor demi mengamankan stok pangan di negaranya. "Ke depan barang pangan yang diperdagangkan di pasar internasional semakin kecil sementara permintaan semakin tinggi. Hal ini akan mengakibatkan semakin tingginya harga pangan dipasar internasional," katanya.
Organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO), tambahnya, sudah memberikan peringatan agar setiap negara menguatkan ketersediaan pangan dalam negeri. Namun demikian, lanjutnya, Indonesia di posisi yang tidak terlalu mengkhawatirkan karena masih mempunyai lahan yang sangat luas dan berpotensi untuk meningkatkan produksi.
Untuk itu, menurut dia, Indonesia akan memanfaatkan lahan secara maksimal guna menunjang kemandirian pangan yang mana salah satunya pemerintah akan menambah lahan dengan membuka lahan baru seluas dua juta hektare.
Suswono mencontohkan, untuk peningkatan produksi tebu saat ini diperlukan lahan baru seluas 350 ribu hektare, begitu juga kedelai memerlukan tambahan areal tanam seluas 500 ribu hektare.
Selain pembukaan areal baru, lanjut Mentan, pemerintah melaksanakan kebijakan pemberian benih unggul yang tahan bencana kekeringan yakni varietas Inpago, kebanjiran (inpara) dan tahan hama (inpari) untuk mengingkatkan produktivitas tanaman.