REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bank Indonesia mendorong penguatan daya saing dan kelembagaan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Bank semacam ini dianggap mampu memperkuat perekonomian daerah dan berfungsi sebagai agen pembangunan setempat. Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution menyatakan, bank pembangunan daerah memiliki potensi yang besar dan layak dikembangkan.
"Kami mencanangkan program BPD Regional Champion untuk mendukung hal itu," katanya, akhir pekan lalu.
Sejumlah BPD memang menunjukkan kinerja yang baik selama beberapa tahun belakangan. Mereka berhasil mencetak laba bersih di atas target dan meningkatkan porsi penyaluran kredit. Direktur PT Bank Jatim, Muljanto menyatakan, perseroannya mampu mencetak laba hingga Rp 1,157 triliun dari target Rp 742 miliar yang ditetapkan. "Keuntungan tersebut berasal dari penyaluran kredit yang cukup baik," katanya.
Penyaluran kredit yang dilakukan Bank Jatim selama 2010 mencapai Rp 13,8 triliun. Padahal sebelumnya, Bank Jatim hanya menargetkan penyaluran kredit sebesar Rp 10,1 triliun. Rasio kredit macet (NPL) juga cukup menarik, hanya 0,65 persen. Rasio ini membaik ketimbang rasio NPL perseroan pada 2009 yang mencapai 1,04 persen.
BPD lainnya, PT Bank Sumut, juga mencatat laba bersih yang menggembirakan. "Kami sangat bersyukur laba bersih bisa melebih target," kata Direktur Utama PT Bank Sumut, Gus Irawan Pasaribu.
Mereka mampu mengukuhkan laba bersih sebelum pajak sebesar Rp 745 miliar dari target 2010 sebesar Rp 685 miliar. Sedangkan laba bersih pada 2009 hanya mencapai Rp 585 miliar sebelum pajak. "Ini angka yang cukup besar bagi kami, karena modal disetor kami saja baru Rp 532 miliar. Jadi angkanya melebih modal," katanya.
Laba tersebut berasal dari ekspansi bisnis yang dilakukan oleh Bank Sumut, sebesar 1,5 triliun secara netto. "Ada pula berasal dari kredit jangka pendek yang berputar yang kualitasnya terjaga dengan NPL 2,25 persen," tuturnya.
Penyaluran kredit terutama di infrastruktur yang dibiayai APBD pemerintah. Selain itu bersumber dari berbagai kegiatan peningkatan Fee based lainnya. Tak hanya itu, total aset Bank Sumut juga membaik, mencapai Rp 12,7 triliun. Sedangkan DPK sebanyak Rp 11 triliun. S
ementara total kredit bertumbuh sebesar 20 persen. Besaran kredit yang disalurkan mencapai Rp 9,5 triliun, sedangkan pertumbuhan kredit bersih sebesar Rp 1,5 triliun. "Jadi semua menunjukkan angka pertumbuhan yang baik dengan kualitas yang terjaga," katanya.
Sedangkan PT Bank Jabar Banten (BJB) Tbk, mampu membukukan laba kotor sebesar Rp1,3 triliun. "Setelah dikurangi dengan pajak, laba bersih yang berhasil dihimpun sebesar Rp 970 miliar," ujar Direktur Utama PT BJB, Agus Ruswendi.
Saat ini, total asset BJB pada Desember 2010 sebesar Rp 43,54 triliun. Tumbuh sebesar 34,35 persen dari posisi Desember 2009 sebesar Rp 32,41 triliun. Dana pihak ketiga posisi Desember 2009 sebesar Rp 31,96 triliun, tumbuh sebesar 34,75 persen dari posisi Desember 2009 sebesar Rp 23,71 triliun.
Sementara perolehan laba sebelum pajak posisi Desember 2010 sebesar Rp 1,3 triliun rupiah, tumbuh sebesar 33,55 persen dai posisi Desember 2009 Rp 985,37 miliar. Staf ahli Asbanda Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda), Sunarsip menyatakan, BPD memang menampilkan kinerja yang sangat baik sepanjang 2010.
Total aset BPD per September 2010 mencapai Rp 246,4 triliun dengan rata-rata CAR 11 persen. "Sehingga BPD berada di peringkat keempat di bawah Bank Mandiri, BRI, dan BCA," ujarnya.
Menurutnya, dengan melihat kinerja yang baik tersebut, BPD diharapkan mampu meningkatkan permodalannya pada 2011. "Penambahan modal bisa macam-macam caranya, bisa dengan menerbitkan subdebt atau IPO," katanya.
Namun menurutnya, IPO adalah jalan terbaik untuk memperoleh tambahan modal. "IPO adalah pilihan yang paling menarik dan realistis," katanya. Manurutnya BPD yang memiliki modal yang cukup besar, yang mencapai Rp 500 miliar diharapkan mau mengambil langkah tersebut.
Oleh karena itu, pemerintah daerah dan DPRD sebagai pemegang saham terbesar dalam BPD harus berkomitmen penuh dalam mengambil langkah tersebut. "Bila pemegang saham setuju, maka semuanya bisa berjalan lancar," katanya.
Untuk itu pemda dan perseroan harus merespon langkah tersebut dengan tdiak setenagh-tengah. "Harus all out, jangan cuma 10 persen saham yang di IPO kan, minimal 40 persen lah," tuturnya. Menurutnya, di 2011 mendatang akan ada sejumlah BPD yang IPO. "Namun saya tidak tahu persis," tuturnya.
Kemungkinan adalah BPD yang sudah cukup mapan seperti Bank Jatim, Bank DKI, Bank Nagari, dan Bank Sulsel. Sementara pada 2011 nanti, Bank Jatim berharap pertumbuhan kredit bisa mencapai 25 persen.
Tumbuh di atas pertumbuhan nasional. Selain itu perseroan tengah menyiapkan IPO. Sedangkan Bank Sumut berharap kreditnya bisa tumbuh hingga 27 persen dan 30 persen untuk DPK. "LDR kita sudah cukup tinggi hingga 91 persen. Kita bisa bermain di antara ketentuan BI 78-100 persen, jadi kami ada di antara itu," tutur Gus Irwan.
Tak hanya itu, bank Sumut berencana menerbitkan obligasi sebesar Rp 1 triliun pada 2011 dan melaksanakan IPO pada 2012. Sedangkan BJB menargetkan laba sebelum pajak sebesar Rp1,55 triliun pada 2011 dan laba bersih Rp1,16 triliun.
BJB juga membidik pertumbuhan kredit sebesar Rp 30,9 triliun atau tumbuh sekitar 30 persen dari 2010. "Pertumbuhan kredit akan diarahkan pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)," jelas Agus.
Menurut dia pendanaan ekspansi kredit ini mengandalkan hasil penerbitan obligasi sebesar Rp 2 triliun. Selain itu rasio kecukupan modal sebesar 21 persen juga masih cukup untuk melakukan ekspansi selama 2011.
Sementara itu, secara keseluruhan investasi BPD pada 2011 diperkirakan mencapai Rp 2.243,8 triliun. “Ini bersumber dari penanaman modal asing dan domestic,” kata Sunarsip. Sebesar 26,8 persen dari kredit perbankan, 17,4 persen pasar modal, 16,7 persen dari belanja modal pemerintah, dan 12,4 persen dari sumber lainnya.