REPUBLIKA.CO.ID,SINGAPURA- Harga minyak naik untuk hari keempat berturut-turut di Asia pada Kamis (13/1) di tengah pelemahan tajam dalam cadangan minyak mentah, penguatan greenback dan juga prediksi cuaca dingin di Amerika Serikat, kata analis.
Kontrak utama New York minyak mentah jenis "light sweet" pengiriman Februari naik enam sen ke posisi 91,92 dolar AS per barel. Sementara, minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan Februari naik 24 sen menjadi 98,36 dolar AS per barel.
"Harga minyak mentah naik, sebagai refleksi pelemahan dolar AS, kenaikan lebih besar dari prediksi dalam cadangan minyak mentah AS dan juga ekspektasi untuk menguatnya permintaan minyak mentah untuk pemanas karena cuaca dingin melanda negara-negara bagian timur laut Amerika serikat," Commonwealth Bank of Australia mengatakan dalam laporannya.
Departemen Energi AS (DoE) melaporkan Rabu malam bahwa cadangan minyak mentah AS turun 2,2 juta barel pekan lalu. Penurunan tersebut lebih tajam dari yang diperkirakan, mengindikasikan permintaan menguat.
Minyak mentah yang dihargakan dengan dolar juga diuntungkan dari penguatan "greenback" terhadap euro, dengan mata uang Eropa itu berada pada kisaran 1,3121 dolar pada awal perdagangan Asia dibanding dengan 1,3128 dolar di New York pada Rabu malam.
Badai salju kedua yang melanda negara-negara bagian timur laut Amerika Serikat dan memaksa ratusan penerbangan dibatalkan serta ditangguhkan di bandara New York juga mendorong harga minyak mentah naik karena lebih banyak masyarakat yang menggunakan energi untuk pemanas.