REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Porsi iklan di sejumlah media "online" via internet di Indonesia dinilai mengalami kenaikan signifikan pada tahun ini dibandingkan pencapaian pada tahun 2009. "Kini, kue iklan di media 'online' meningkat 400 persen," kata Pengamat Media Massa asal Surabaya, Hendro D. Laksono, saat Diskusi Jurnalisme "Online" PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III (Persero), di Surabaya, Kamis.
Menurut dia, sebelum munculnya internet perkembangan media sebatas di media cetak dan elektronik seperti radio maupun televisi. Namun, pergerakan sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang semakin cepat tidak bisa ditampung oleh media tersebut. "Media cetak dibatasi jumlah halaman dan proses produksi. Kalau media televisi dan radio dibatasi oleh durasi," ujarnya.
Di sisi lain, jelas dia, ketika kue iklan dikuasai media televisi sebanyak 60 persen saat itu porsi iklan media "online" sangat minim atau sekitar 1,4 persen. Pada periode sama penguasaan iklan juga menyebar ke surat kabar, majalah, tabloid tetapi porsi mereka lebih besar dibandingkan perolehan media "online".
"Di Jawa Timur, seorang pemilik media 'online' selama dua tahun ke depan bisa mempunyai dua media lain. Bahkan, ada yang satu tahun bisa lima media sekaligus," katanya. Selain itu, ia menilai, kehadiran media "online" justru bisa menyajikan berita dan informasi dalam waktu sangat cepat baik menit maupun detik. Kondisi tersebut menjadi perbedaan antara jurnalisme konvensional dan "online".
"Kecepatan adalah ciri khas media 'online' meskipun radio dan televisi bisa menyiarkan beritanya secara langsung," katanya. Dengan cepatnya koneksi internet, ia optimistis, karya jurnalistik secara "online" tersebut bisa dinikmati di berbagai tempat. "Namun, tanpa adanya legalitas yang kuat maka banyaknya jumlah media 'online' di Indonesia kian melemahkan posisi tawar wartawan di media itu," katanya.