Kamis 02 Dec 2010 23:34 WIB

Permintaan CPO Dunia Naik 7-11 Persen

Kelapa Sawit
Kelapa Sawit

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA--Permintaaan minyak sawit mentah dunia dan turunannya menunjukkan peningkatan sebesar 7-11 persen, melalui China dan India sebagai penggerak pertumbuhan permintaan. Hal itu dikemukakan Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurti, pada "Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) and Price Outlook 2011," di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (2/12).

"Hal itu berita yang sangat baik karena pasar dan permintaan naik, namun memilki warna yang berbeda. Variasi produk yang diminta semakin besar," ujarnya.

Ia mencontohkan, kini pasar di China tidak hanya meminta minyak sawit dengan komposisi tunggal, namun juga beraneka ragam. Selain itu juga, terjadi pertumbuhan permintaan di sektor biofuel dan oleokimia. "Jadi telah terjadi perubahan permintaaan dunia dari komoditas (CPO) ke produk," ujar Bayu.

Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah mendorong pengembangan industri hilir CPO. Indonesia, lanjut dia, tetap pada target produksi CPO sebesar 40 juta pada tahun 2020. Dari jumlah tersebut, akan dimanfaatkan untuk pengembangan biofuel sebesar 40-50 persen, 20-30 untuk minyak goreng, dan sisanya untuk oleokimia. Untuk itu, kata Bayu, Indonesia tengah mengembangkan kluster industri hilir berbasis CPO di Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Timur.

Ditambahkan Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar, CPO merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor nonmigas nasional yang tahun lalu ekspornya mencapai sekitar 14-15 miliar dolar AS. "Mungkin ekspor (CPO) tahun ini, masih sekitar itu (sama dengan tahun lalu). Kita harus lihat dulu dua bulan terakhir ini, mengingat Desember tahun lalu permintaan ekspor tinggi sekali mencapai dua miliar sendiri," ucapnya menjelaskan.

Ia mengemukakan CPO akan menjadi unggulan ekspor utama Indonesia dan untuk itu pemerintah akan mendorong diversifikasi produk, perluasan pasar, dan membantu menyelesaikan persoalan yang menghambat produksi dan pasar CPO.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement