REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui kesepakatan dalam KTT G20 di Seoul pada 11-12 November 2010 kemarin tidak memuaskan dunia. Kesepakatan itu terkait dengan solusi dalam menghapuskan ketimpangan ekonomi.
Presiden juga mengakui solusi yang ditawarkan G20 tidak dramatis. Hal itu disampaikan Presiden ketika mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Sabtu (14/11) dini hari. Presiden baru saja tiba dari Yokohama, Jepang setelah menghadiri KTT Kerja Sama Ekonomi Negara-Negara Asia Pasifik (APEC). Sebelum menghadiri KTT APEC, Presiden mengikuti KTT G20 di Seoul.
"Ketika kami semua bertemu, suasananya sudah lebih cair dan diambillah satu solusi, jalan tengah, memang tidak dramatis, tidak selalu memuaskan masyarakat dunia, tapi yang penting tercatat dalam sejarah bahwa kemarin kami semua di Seoul bersepakat bahwa memang global imbalances harus diperbaiki," kata Presiden.
Ketimpangan ekonomi dunia itu salah satu pemicunya adalah negara-negara raksasa ekonomi yang memiliki misi khusus untuk memuluskan kesinambungan ekonomi di negaranya masing-masing meski tetap ada niat untuk menjaga kestabilan ekonomi dunia. AS, misalnya, merasa perlu menyelamatkan perekonomian di negaranya, salah satunya lewat pemerosotan mata uang dolar.
Sepekan sebelum pertemuan puncak G20, AS mengumumkan pengucuran 600 milar dolar AS ke pasar. Logikanya, pelemahan mata uang dolar oleh AS ini membuat konsumsi produk dalam negeri AS akan meningkat, sedangkan konsumsi terhadap barang impor asal luar AS akan berkurang. Inilah proteksionisme. Ekspor AS lantas meningkat, ekonomi tumbuh, pengangguran di AS pun berkurang.