REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--BRI Syariah membidik aset di atas Rp 10 triliun pada tahun depan atau tumbuh sekitar 50 persen. Sampai akhir tahun ini anak perusahaan BRI itu menargetkan aset Rp 6,5 triliun.
Direktur Utama BRI Syariah, Ventje Rahardjo, mengatakan kondisi ekonomi Indonesia yang cukup baik membuat pihaknya cukup optimis mencapai pertumbuhan yang optimal di tahun depan. Ia memaparkan aset BRI Syariah yang mulanya Rp 1 triliun pada 1 Januari 2009 tumbuh sangat pesat.
Per September 2010 aset telah mencapai Rp 6 triliun dibanding tahun lalu yang sebesar Rp 3 triliun. "Mudah-mudahan akhir 2010 aset bisa ditutup Rp 6,5 triliun dan 2011 di atas Rp 10 triliun," kata Ventje usai pengumuman pemenang Lomba Kilas Lensa Anak Bangsa, Jumat petang (5/11).
Untuk menggenjot aset di tahun depan, ujar Ventje, BRI Syariah akan fokus ke pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah, pembiayaan pemilikan rumah (PPR), dan program kemitraan dengan perusahaan pembiayaan, koperasi, maupun bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS).
"Selain itu pada 2011 kita juga akan mendorong hadirnya kantor layanan syariah (KLS) di kantor induk kita, BRI," ungkap Ventje.
Tahun ini pihaknya telah mengujicoba 10 kantor BRI menjadi KLS di Jakarta sebagai pilot project. Ventje menuturkan jika KLS tersebut memiliki review yang cukup baik. Pihaknya menargetkan membuka 1000 KLS setiap tahun.
Dengan demikian BRI Syariah pun membidik pertumbuhan nasabah dua kali lipat dari tahun ini yang berjumlah sekitar 200 ribu nasabah. Ventje mengatakan saat ini basis nasabah BRI Syariah sebagian besar masih berada di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Namun seiring dengan perkembangan bisnis di tahun depan pihaknya juga mengincar nasabah di Barat Indonesia sampai Makassar. "Pada 2011 kita menargetkan pertumbuhan nasabah sampai 400 ribu karena nanti secara bertahap kita juga akan buka kantor di Timur Indonesia," ujar Ventje.
Saat ini BRI Syariah telah memiliki 86 kantor cabang dan kantor cabang pembantu. Sementara pada tahun depan, Ventje mengungkapkan pihaknya juga akan menjalin kerja sama dengan pesantren untuk layanan electronic payment dan cash management.
Di sisi inovasi produk dan layanan, Ventje mengatakan BRI Syariah akan tetap fokus di produk mikro, PPR, gadai, dan dana talangan haji. Sementara, lanjutnya, kartu kredit syariah belum akan dikembangkan karena hal tersebut tidak menjadi suatu kebutuhan nasabah BRI Syariah yang merupakan kalangan menengah bawah.
Hingga September 2010 pembiayaan BRI Syariah tercatat hampir Rp 5 triliun dengan porsi pembiayaan mikro 10 persen, PPR 25 persen, UKM 10 persen, sisanya komersial. Nantinya, kata Ventje, porsi komersial akan lebih kecil dari UKM.
Untuk pembiayaan mikro, lanjutnya, saat ini terutama disalurkan kepada pedagang pasar. Sementara untuk UKM produsen dipilih yang merupakan supplier perusahaan besar. Khusus PPR, Ventje mengungkapkan BRI Syariah telah mencapai target pembiayaan Rp 1 triliun sejak Agustus lalu.
Pada pameran properti di akhir bulan lalu, tambahnya, BRI Syariah pun memperoleh tambahan pesanan PPR hampir Rp 350 miliar. Kendati akan melakukan ekspansi pada tahun depan, Ventje mengungkapkan BRI Syariah belum memerlukan tambahan modal karena rasio kecukupan modal masih cukup tinggi, diatas 20 persen.
Namun ia tak menampik jika nantinya akan perlu tambah modal saat perkembangan bisnis BRI Syariah tumbuh sangat cepat. "Saya optimis BRI punya kemampuan untuk membantu, tapi nanti kalaupun butuh modal kita akan lebih ke subordinated loan," tutur Ventje. Untuk DPK per September tercatat Rp 4 triliun.