Rabu 03 Nov 2010 05:44 WIB

Lonjakan Harga Kapas Bisa Ancam Industri TPT

Rep: Shally Pristine/ Red: Arif Supriyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) khawatir kenaikan harga kapas akan membahayakan usaha mereka. Bla kenaikannya terlalu tinggi, maka kemungkinan tidak lagi dapat diserap usaha dan konsumen.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat Usman, mengatakan kenaikan harga kapas kali ini telah menempatkan komoditas itu dalam level tertinggi selama 150 tahun terakhir. Pada September, harga kapas dunia sekitar 1,2 dolar AS per kg. Padahal, pada Juli masih berkisar 0,79-0,85 dolar AS per kg.

"Diprediksi sampai akhir 2010 akan mencapai 2,2 dolar AS per kg," katanya ketika dihubungi wartawan, Selasa (2/11). Lonjakan harga kapas ini, kata dia, memaksa industri domestik menyesuaikan diri dengan kenaikan tersebut karena sudah terlanjur menyepakati order yang dibuat sebelum harga kapas naik drastis.

"Modal belanja melonjak dengan volume yang sama. Kalau modal tidak cukup, otomatis volume produksi ditekan. Kondisi kenaikan kapas juga memicu kenaikan serat dan polyester 20 persen," ucapnya.

Ade menjelaskan kenaikan harga kapas disebabkan beberapa faktor, di antaranya pemanasan global dan banjir yang mengganggu produksi. Hal ini terjadi di berbagai negara penghasil kapas terbesar yakni India, Pakistan, dan Cina. Selain itu, faktor cuaca turut menyebabkan surutnya produksi kapas di Australia. "Padahal permintaannya tinggi," katanya.

Dia mencontohkan, di Cina ada lonjakan konsumsi tekstil sebesar 20 persen apabila dibandingkan lima tahun lalu, sehingga menyebabkan membludaknya permintaan kapas. Sehingga, menyebabkan kepanikan pasar dunia. "Apabila Cina mampu mengurangi konsumsi kapas, maka harga kapas dunia akan langsung mengalami penurunan," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement