Selasa 02 Nov 2010 02:43 WIB

Kementerian BUMN: IPO KS tetap berjalan Sesuai Rencana

Rep: Citra Listya Rini/ Red: Djibril Muhammad
PT Krakatau Steel
PT Krakatau Steel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menegaskan pelaksanaan initial public offering (IPO) PT Krakatau Steel (KS) tetap berjalan sesuai rencana. Tidak terkecuali harga saham perdana KS yang tetap dibandrol pada harga Rp 850 per lembar saham.

"Rencana IPO KS tetap jalan sesuai track. Termasuk proses teknis pasar modalnya," kata Deputi Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis Kementerian BUMN, Pandu Djajanto dalam konferensi pers di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (1/11).

Dia juga mengatakan, porsi kepemilikan pemerintah atas saham KS masih tetap mayoritas, sebesar 80 persen. Sisanya sebesar 20 persen jatuh ke tangan para investor, baik asing maupun domestik. "Pemerintah tetap mayoritas 80 persen," tegas Pandu.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Bahana Securities, Eko Yuliantoro, menambahkan, dari jatah 20 persen yang dialokasikan untuk investor. Porsi terbesar sekiar 65 persen dialokasikan untuk investor domestik, dan 35 persen untuk investor asing.

"Alokasi (penjatahan saham) sesuai keputusan Menteri BUMN, sebesar 65 persen untuk mengutamakan investor domestik. Di dalam negeri juga banyak investor berkualitas, tapi kita juga perhatikan minat asing," ujar Eko.

Dari porsi 65 persen kepemilikan investor domestik, ia menyebutkan sebesar 80 persen merupakan investor institusi. Sedangkan investor ritel hanya sebesar 20 persen. Menurut Eko, penjatahan investor ritel ini untuk menghidupkan pergerakan pasar. "Apapun ceritanya kita memerlukan investor ritel. Kalau enggak nantinya tidak ada flow (pergerakan) di pasar," jelas Eko.

Selanjutnya, dari porsi 20 persen tersebut, ia mengatakan sebesar 2 persen akan diberikan bagi investor ritel yang datang langsung ke gerai-gerai di Tanah Abang, Jakarta Pusat, ketika masa penawaran saham KS yang akan dilakukan tanggal 2-4 November 2010. "Jadi jadwal listing KS tidak akan berubah. Tetap akan berlangsung pada 10 November," tegasnya.   

Ditambahkan Sekretaris Kementerian BUMN, Mahmuddin Yassin, ia mengungkapkan selepas masa penawaran, nantinya alokasi dan distribusi saham KS akan dilakukan audit oleh independent auditor. "Pengauditan oleh independen auditor ini sebuah keharusan," ujarnya.

Berbicara harga saham KS sebesar Rp 850 per lembar saham, Pandu mengungkapkan harga tersebut sudah diperhitungkan. Adapun salah satu alasannya untuk mengembangkan usaha dan membidik investor jangka panjang. Sementara itu, Direktur Utama Danareksa Sekuritas, Marciano Herman menguraikan dengan harga konsolidasi Rp 800 per lembar saham itu besar peminatnya.

"Di harga Rp 800 itu sekitar 32 miliar lembar saham, sedangkan di harga Rp 1.150 itu hanya 18 miliar lembar saham. Ini dari indikasi (bookbuilding), bukan dari penawaran. Itu kompilasi dari strike price dengan regardless price (Rp1.150)," ungkapnya.

Sehingga harga Rp 1.150 per lembar saham dianggap kurang tepat. Hal ini karena harga tersebut merupakan harga strike price, bukan pemesanan pada harga manapun (at any price). Marciano mengungkapkan strike price itu biasanya banyak diajukan oleh investor ritel, sedangkan investor institusi kurang mencerminkan harga Rp 1.150.

Marciano menambahkan pada harga Rp 800, sebanyak 50 persen berasal dari kalangan investor ritel dan 50 persen merupakan institusi. "Apabila abaikan investor ritel, dengan harga Rp 800 per lembar saham, maka permintaan investor lokal sekitar 4,7 miliar lembar saham. Sedangkan pada harga Rp 850-900 per lembar saham, maka terjadi penurunan sangat signifikan. Terlihat dari permintaan dari investor internasional setengahnya drop (turun)," jelasnya.

Atas pertimbangan harga tersebut dan permintaan tersebut lah, maka menurutnya pihaknya dan underwriter lainnya memutuskan untuk menetapkan harga perseroan pada Rp 850 per lembar saham. "Oleh karena itu, JLU (Joint Lead Underwriter) dan International Selling Agent (ISA) mengusulkan harga Rp 850 per lembar saham," terang Marciano.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement