REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Harga penawaran saham perdana (IPO) PT Krakatau Steel diproyeksikan dipatok pada harga level atas (premium) sebesar Rp 1.150 per lembar, sementara permintaan dari investor mencapai sekitar Rp 8 triliun. "Terjadi 'oversubscribed' (kelebihan permintaan) hingga tigakali lipat," kata Komisaris Utama Krakatau Steel, Zacky Anwar, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (22/10).
Menurut Zacky, kemungkinan harga IPO di level tertinggi setelah merujuk hasil permintaan investor pada 'roadshow' yang dilakukan perseroan ke Singapura, Hongkong, London, dan New York. "Respon investor sangat positif," tegasnya.
Ia menjelaskan, dari penawaran Rp 8 triliun tersebut, sebanyak 60 persen dari investor lokal, sisanya 40 persen investor asing. Investor asing umumnya memberi penawaran pada level Rp 800 - Rp 1000 per lembar, sedangkan investor lokal di atas Rp 1.000 per lembar.
Menurutnya, investor asing yang berminat seperti perusahaan baja asal Korea Selatan, Posco, investor keuangan berskala internasional. Minat investor terhadap saham BUMN produsen baja ini cukup tinggi karena prospek industri manufaktur yang positif ke depannya. Anwar menuturkan, penentuan harga IPO Krakatau Steel akan dilakukan pada Senin (25/10) mendatang.
Sebelumnya, Deputi Menteri BUMN Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi Achiran Pandu Djajanto mengatakan optimistis harga saham di level atas dengan pertimbangan besarnya permintaan investor. "Harga saham Krakatau Steel sangat mungkin dipasang dengan price to earning ratio (P/E) di level 11 kali," ujar Pandu.
Dalam aksi korporasi itu Krakatau Steel rencananya akan menerbitkan saham baru sebanyak 3,15 miliar lembar, atau setara dengan 20 persen. Pelepasan saham sebanyak 20 persen itu merupakan tahap pertama privatisasi dari total 30 persen saham yang direncanakan dan telah mendapatkan persetujuan dari DPR.