REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, BUMN tidak boleh 'manja' dan harus ikut bersaing dengan swasta. Presiden mengingatkan, selain harus memiliki keuntungan, BUMN juga memiliki fungsi pelayanan publik.
"BUMN tidak boleh manja. Saya tidak suka BUMN manja, BUMN harus bersaing dengan swasta, harus provitable, berikan deviden, bayar pajak. BUMN juga punya fungsi pelayanan publik. BUMN punya tugas keperintisan dunia usaha," kata Presiden SBY di Istana Negara, Senin (11/10).
Presiden menyampaikan hal itu di sela pertemuan dengan peserta program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLIV Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) di Istana Negara, Jakarta, Senin (11/10). Presiden menyinggung BUMN ketika memaparkan tentang industri strategis di Indonesia.
Presiden mengakui dalam konteks tertentu memang pemerintah memberikan suatu keberpihakan kepada BUMN, namun selebihnya BUMN harus kompetitif. "Kalau BUMN manja, bagaimana mau tumbuh," katanya. BUMN, ujar dia, harus untung, jangan merugi terus.
Dalam kesempatan itu, Presiden SBY mengingatkan agar hati-hati memaknai privatisasi. Presiden pun mengaku selektif menggunakan kata itu karena mengandung pro dan kontra. Menurut dia, arti privatisasi itu macam-macam, ada yang berarti menjual saham ke publik, lalu asetnya dijual ke swasta asing.
"Atau privatisasi di dalam negeri, saham bisa dimiliki publik, manajemen bagus, pemerintah tidak terlalu membebani berlebihan jika itu membawa keuntungan untuk rakyat," kata Presiden SBY. Untuk kasus tertentu, lanjut dia, privatisasi bisa tidak tepat dan menjadi malapetaka.