Kamis 30 Sep 2010 21:51 WIB

Penerbitan Obligasi Diproyeksi Masih Marak

Rep: Agung Budiono/ Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Penerbitan obligasi korporasi pada tahun 2011 dinilai masih akan marak. Fundamental ekonomi yang terus menguat dan stabilitas politik yang stabil diyakini menjadi faktor utama yang mendukung pertumbuhan pasar obligasi di Indonesia.

"Indonesia memiliki sejumlah fundamental ekonomi yang baik serta peringkat utang negara untuk mata uang asing yang diprediksi akan naik peringkatnya menjadi investment grade dalam kurun waktu dua tahun mendatang," ujar DBS Head Of Debt Capital Markets, Wiwit Chaidir, dalam forum 'The Indonesia Investment Forum' di Jakarta, Kamis (30/9).

Menurut Wiwit, kondisi pertumbuhan ekonomi yang kredibel dan kesinambungan regulasi serta penguatan kepercayaan terhadap sistem keuangan domestik serta dukungan kebijakan fiskal pemerintah yang kuat turut memperkuat posisi perekonomian Indonesia.

Wiwit menambahkan, meski dominasi pasar obligasi oleh surat utang yang dikeluarkan pemerintah masih terjadi, namun obligasi di sektor swasta diperkirakan akan semakin menarik. Saat ini, jelas dia, jumlah obligasi yang dikeluarkan oleh swasta sudah mencapai Rp 21,2 triliun, dan sekitar Rp 10 triliun lagi diperkirakan segera akan terbit di pasar hingga akhir tahun ini.

Dijelaskan Wiwit, sejumlah faktor penting yang turut mendorong pertumbuhan obligasi korporasi itu, yakni profil risiko yang lebih rendah akibat meningkatnya peringkat Indonesia, pendapatan dari surat utang pemerintah sebagai tolak ukur, fundamental ekonomi yang kuat dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia juga faktor ketahanan Indonesia menghadapi krisis Euro. "Faktor itu semua yang jadi landasan kami untuk memproyeksikan penerbitan obligasi korporasi akan menjadi marak pada tahun 2011 mendatang," paparnya.

Data dari penelitian DBS, kata Wiwit, menunjukkan, hingga September 2010, investor asing menguasai obligasi Indonesia senilai Rp 172,22 triliun, sedangkan nilai SBI yang dipegang oleh investor asing mencapai Rp 42,24 triliun. "Dengan posisi makroekonomi yang sehat dan didukung komitmen pemerintah dalam menciptakan aliran modal yang sehat dan bebas, secara umum permintaan investor asing terhadap aset-aset Indonesia akan semakin meningkat," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement