Rabu 15 Sep 2010 22:53 WIB

Pengamat: Rupiah Sulit Tembus Rp 8.000-an

Rupiah, ilustrasi
Foto: Pandega/Republika
Rupiah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat pasar uang, Irfan Kurniawan memperkirakan rupiah cenderung sulit untuk dapat mendekati level Rp 8.900 per dolar meski hanya tinggal selangkah untuk mencapai level tersebut, karena Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan menahannya. "BI akan menjaga rupiah agar tidak mencapai level Rp8.900 per dolar, karena pemerintah menginginkan rupiah berada di atas level Rp 9.000 per dolar AS," katanya di Jakarta, Rabu.

Irfan Kurniawan yang juga Equity Head PT First Asia Capital mengatakan, rupiah kemungkinan dalam beberapa waktu saja masih berada di bawah angka Rp9.000 per dolar, karena faktor positif yang mendorongnya. "Namun faktor positif itu terjadi hanya sementara sehingga posisinya akan kembali melemah hingga berada di atas level Rp 9.000 per dolar, ucapnya.

Menurut dia, pemerintah menginginkan rupiah berada di atas level Rp 9.000 per dolar yang mendorong pendapatan pemerintah dari ekspor tetap tinggi. Posisi rupiah dibawah Rp 9.000 per dolar mengakibatkan pendapatan negara terus berkurang, ucapnya.

Ia mengatakan, pemerintah tidak ingin mengorbankan pendapatannya dari ekspor berkurang, bahkan pemerintah saat ini terus menggalakkan ekspornya ke berbagai negara. Karena itu, penguatan rupiah hingga dibawah Rp 9.000 per dolar kurang disukai, ujarnya.

Faktor positif yang terus terjadi, menurut dia memang mendorong rupiah cenderung menguat, namun BI tetap berada di pasar untuk menjaga pergerakan tersebut.

"Kami optimis apabila BI tidak berada dipasar melakukan intervensi maka rupiah sudah dapat mencapai level Rp 8.900 per dolar," ucapnya.

Irfan Kurniawan mengatakan, Indonesia memang merupakan pasar potensial bagi asing untuk aktif menempatkan dananya di pasar domestik, apalagi pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di atas enam persen.

Karena itu kegiatan pasar modal diharapkan dapat memberikan dukungan bagi pertumbuhan ekonomi nasionalnya, katanya.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement