REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) saat ini masih mencari mitra baru untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 2x75 Mega Watt (MW) Pomala di Sulawesi Tenggara. Nilai investasi dalam pembangunan PLTU itu sekitar 300 juta dolar AS.
Direktur Antam, Alwinsyah Loebis menuturkan, sebelumnya sudah ada dua perusahaan yang mencoba menjadi mitra, namun tidak sampai ada kesepakatan, kedua perusahaan yang akhirnya mundur itu ialah, PT Nava Bharat dan PT Indika Energy Tbk. "Untuk sementara kita menggunakan PLTD yang ada sambil tetap mencari partner yang ingin suplai listrik dengan PLTU di Pomala," ujarnya di Jakarta, Selasa (1/9) malam.
Menurut Alwinsyah, PT Indika Energy Tbk (INDY) mundur dari proyek PLTU Pomala lantaran tidak sesuai dengan bisnis mereka. "Sementara, perusahaan asal India, Nava Bharat sudah masuk ke tahap negoisasi, tapi kelihatannya Nava Bharat menawarkan harga jual listrik sangat mahal. Kelihatannya berat untuk meneruskan dengan Nava Bharat," tuturnya.
Alwinsyah menjabarkan, saat itu Nava Bharat berniat menjual listrik dengan harga sekira 14 sen per Kilo Watt Hours (KwH), hampir sama dengan listrik yang sekarang dipergunakan ANTM yang menggunakan BBM. "Kan PLTU itu pakai batu bara, harusnya lebih murah," paparnya.
Untuk itu, lanjut dia, perseroan masih berniat mencari mitra baru untuk PLTU tersebut. "Untuk sementara kita menggunakan PLTD yang ada sambil tetap mencari partner yang ingin suplai listrik dengan PLTU di Pomala," imbuhnya.
Seperti diketahui, perseroan mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp 756,3 miliar sepanjang semester I 2010 atau naik 238 persen dibandingkan laba bersih pada periode yang sama tahun 2009 sekitar Rp 223,8 miliar.
Alwinsyah menuturkan, kenaikan laba bersih terutama disebabkan oleh meningkatnya volume penjualan feronikel dan bijih nikel serta meningkatnya harga komoditas inti Antam.
Perusahan pelat merah di sektor tambang ini mencatat kenaikan laba bersih meski nilai penjualan sedikit menurun karena menurunnya kegiatan trading logam mulia. "Kinerja semester I-2010 merefleksikan peningkatan produksi dan penjualan komoditas inti kami yakni nikel selain juga disebabkan oleh faktor harga," ujar Alwinsyah.
Perseroan mencatat kenaikan pendapatan Antam hingga akhir Juni 2010 sebesar Rp 4,3 triliun atau turun tipis jika dibandingkan semester pertama tahun 2009. Penurunan tipis ini disebabkan Antam mengurangi kegiatan trading logam mulia yang memiliki marjin kecil.