Kamis 29 Jul 2010 05:13 WIB

Transaksi Perdagangan RI-Turki Ditargetkan 5 Miliar Dolar AS

Rep: thr/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-—Pemerintah Indonesia dan Turki akan meningkatkan kerjasama di bidang perdagangan dan investasi di antara kedua negara. Di bidang perdagangan kedua negara setuju untuk mencapai target 5 miliar dolar AS. Bahkan Presiden Turki, Abdullah Gul sangat optimistis target 10 miliar dolar AS dapat dicapai antara tahun 2014 sampai dengan 2015.

Hal itu disampaikan oleh Menko Perekonomin Hatta Rajasa Rabu (28/7) menindaklanjuti hasil pertemuan antara Presiden RI dan Presiden Turki pada Juni lalu. "Jadi hari ini (Rabu) merupakan follow up-nya. Mereka pengusaha Turki datang untuk menindaklanjutinya dan mereka siap masuk," ujar Hatta.

Menurut Hatta, hubungan perdagangan diantara kedua negara kini baru mendekati 2 miliar dolar AS. Kedepan keduanya sepakat untuk mendorong transaksi hingga 5 miliar dolar AS. Meski ada kemungkinan dibentuknya kerjasama perdagangan bebas (FTA) antara Indonesia dan Turki, lanjut Hatta, namun pemerintah akan cenderung menggunakan istilah joint partnership agreement. Yakni bagaimana menjaga ballance of trade atau keseimbangan neraca perdagangan diantara kedua negara. "Jadi kita lebih memakai istilah partnership."

Sebagai gambaran, dalam pertemuan bisnis di Turki beberapa waktu lalu telah dilakukan pertemuan bisnis diikuti oleh sekitar 800 perusahaan Turki. Sementara di pihak Indonesia ada 22 pengusaha yang turut hadir. Dalam pertemuan itu juga telah dilakukan penandatanganan tujuh (7) memorandum of understanding (MoU) antara perusahaan Indonesia dengan perusahaan Turki.

Beberapa MoU itu antara lain PT Alfa Global Resources (Indonesia) dan Cengiz Construction and Industry Co.(Turki) dalam pengembangan kontruksi termasuk airport. Kemudian MoU antara PT GEO Power (Indonesia) dengan Cengiz Holding Co. Group (Turki) di bidang energi geothermal, MoU antara PT Indonesia Mitra Jasa dan Cengiz Holding Co. (Turki) dalam bidang kontruksi, energi, pertambangan metalurgi, kepariwisataan dan permesinan, MoU antara PT. Turkindo Makmur Abadi (Indonesia) dan The Ulusoy Un Sanayi ve Ticaret A.S.(Turki) dalam pembangunan pabrik tepung terigu, serta MoU antara PT.Industri Kawasan Jababeka Tbk (Indonesia) dan Ajans Press (Turki) dalam pembentukan Joint venture untuk penanaman modal asind di Indonesia.

Sementara kedua MoU lainnya yakni antara Sigma Group (Indonesia) dengan Tav Havalimanlari Holding A.S. (Turki) dalam bidang desan kontruksi dan pengoperasian airport di Indonesia dan MoU antara PT Istana Prima Karya (Indonesia) dan Ulasgida Co. (Turki) dalam pembangunan pabrik tepung terigu.

"Kedua negara sepakat bekerjasama untuk mendorong supaya investor Turki meningkatkan investasinya di Indonesia, khususnya beberapa yang potensial seperti di bidang Infrastruktur, energi, pariwisata dan transportasi," jelas Hatta.

Selain itu, disampaikan pula bahwa Presiden Turki telah mengusulkan agar Indonesia dan Turki memiliki pengaturan Free Visa. "Menanggapi hal ini, Presiden RI menyambut baik bahwa kedua negara telah menyepakati pelaksanaan pengaturan VoA dan kedua belah pihak akan bekerja untuk melihat kemungkinan Free Visa bagi kedua negara, tapi ini masih pembicaraan," kata Hatta.

Kedua Presiden juga menilai bahwa antara Turki dan Indonesia juga perlu melakukan kerjasama di bidang militer dan menyambut baik ditandatanganinya kerjasama dibidang industri pertahanan. Beberapa kerjasama industri pertahanan yang dibicarakan kedua Presiden antara lain kerjasama antara PT Dirgantara Indonesia dan Turkish Aviation dalam CASA Project dan kerjasama antara PT PINDAD dengan FNSS Defence system Co dibidang kerjasama rancang bangun panser angkut personel tahan peluru atau Armoured Track Vehicle.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement