Rabu 14 Jul 2010 06:36 WIB

Petani Harus Berpenghasilan Minimal Rp 2 Juta per Bulan

Petani
Foto: wordpress
Petani

REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR--Gubernur Bali I Made Mangku Pastika mengatakan, pemerintah idealnya perlu mengusahakan agar para petani bisa memperoleh pendapatan Rp2 juta per bulan dari lahan yang diolahnya.

"Artinya, seorang petani harus bisa menghasilkan uang sebesar Rp2 juta per bulan di atas lahan garapan seluas 1,5 sampai dua hektare," katanya pada pembukaan Musyawarah Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di Sanur, Bali, Selasa.

Ia mengatakan, bila petani menggarap lahan lebih dari dua hektare, tentu penghasilan mereka harus lebih dari itu. Jika pemerintah tidak mengusahakan hal tersebut, yaitu pendapatan Rp2 juta per bulan, maka pemerintah tidak perlu memaksa orang untuk menjadi petani karena mereka akan lebih memilih pekerjaan yang menghasilkan uang lebih banyak.  "Jangan sekali-sekali salahkan mereka untuk mengambil pekerjaan lain di luar dunia pertanian," ucap Mangku Pastika disambut tepuk tangan peserta Munas.

Ia juga menjelaskan bahwa pihaknya kini tengah melakukan projek percontohan di beberapa desa di Bali. Saat ini Provinsi Bali telah menerapkan sistem pertanian terintegrasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan simantri.  Buktinya, kata dia, dalam simantri yang sudah diterapkan dibeberapa desa, penghasilan petani meningkat sebesar lima kali lipat.  "Awalnya sebulan hanya bisa menerima Rp300 ribu, setelah menerapkan simantri bisa memperoleh pendapatan hingga Rp2 juta per bulan," kata gubernur asal Kabupaten Buleleng itu.

Menurut Mangku Pastika, simantri yang dimaksud adalah sistem pertanian yang "zero waste" program. Dikatakan, seorang petani kopi atau kakao misalnya, hanya memiliki lahan seluas 1,5 hektare. Bila hanya menunggu hasil tersebut, maka harus menunggu musim petik tiba.  Dalam proyek percontohan tersebut, seorang petani kopi atau kakao dengan lahan yang sempit bisa diintegrasikan dengan memelihara kambing. Ampas kopi atau kakao dapat didaur ulang menjadi pakan ternak terutama kambing Otawa.

Selain memetik kopi, lanjut Mangku Pastika, mereka juga memeras susu kambing, baik untuk dijual maupun untuk diminum sendiri.  "Kotoran kambing dapat diolah lagi menjadi kompos, untuk menjadi pupuk kopi. Demikian juga dengan kayu atau ranting yang dibakar," ujarnya.

Prinsipnya, tidak ada limbah yang terbuang, tidak ada pencemaran, tidak ada unsur pesetisida atau limbah berbahaya lainnya.  "Semuanya organik. Bila seluruh petani menerapkan hal tersebut, maka Indonesia akan sangat kaya dan kembali menjadi macan Asia di bidang pertanian," kelakar Mangku Pastika. Kegiatan Munas HKTI dihadiri dari 33 provinsi dan kabupaten/kota berlangsung hingga Rabu (15/7). Pada acara tersebut juga akan dilakukan pemilihan ketua umum dan kepengurusan periode 2010-2011.

sumber : ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement