REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bank Indonesia (BI) kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga BI , walaupun laju inflasi bulan ini meningkat akibat kenaikan harga bahan pokok menjelang bulan Ramadhan. Alasan BI, akan berbahaya bila suku bunga acuan itu naik dalam kondisi tersebut..
Laju inflasi bulan ini diperkirakan akan mengalami kenaikan yang dipicu oleh menguatnya harga bahan pokok menjelang bulan puasa Ramadhan. Namun Bank Indonesia kemungkinan akan tetap mempertahankan suku bunga acuan tersebut, kata pengamat perbankan, Farial Anwar di Jakarta, Kamis (8/7).
Menurut Farial Anwar, apabila BI menaikkan suku bunga acuan, maka perbankan akan segera memanfaatkan momentum tersebut dengan menaikkan suku bunganya yang sulit untuk diturunkan. Selain itu, para investor asing juga akan aktif menempatkan dananya di pasar terutama pada instrumen Bank Indonesia dan Surat Utang Negara (SUN), katanya.
Padahal BI, lanjut dia sedang berusaha menurunkan suku bunga kredit bank yang sampai saat ini masih tinggi yang mencapai 14,5 persen. BI mengharapkan perbankan menurunkan suku bunga kredit antara 11-12 persen yang secara bertahap terus turun hingga di bawah angka 10 persen, katanya.
BI, menurut dia, harus membuat aturan baru yang bisa menekan suku bunga kredit bank bergerak turun dan menentukan dana siapa yang akan masuk ke instrumennya. Farial Anwar yang menjabat Direktur Currency Management Group mengatakan, penempatan dana asing di Sertifikat Bank Indonesia memang harus dibatasi agar beban bunganya tidak memberatkan.
"Kami optimis BI telah membuat aturan baru untuk menekan suku bunga bank turun, " ucapnya. Apabila harga minyak mencapai angka 100 dolar per barel, kata dia, maka subsidi pemerintah akan berat yang pada gilirannya akan kembali dibebankan kepada masyarakat.