Ahad 27 Jun 2010 09:47 WIB

SBY Tawarkan Ecosocial Market Economy

Red: irf
Suasana saat SBY jumpa pers di pesawat kepresidenan
Foto: Nasihin Masha/Republika
Suasana saat SBY jumpa pers di pesawat kepresidenan

REPUBLIKA.CO.ID, SAMUDRA ATLANTIK--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menawarkan konsep ecosocial market economy untuk membangun perekonomian dunia. "Ekonomi yang memerhatikan lingkungan, keadilan sosial, dan mekanisme pasar," katanya, Jumat (25/6). Hal itu ia ungkapkan dalam jumpa pers di atas pesawat dalam perjalanan menuju Toronto, Kanada, untuk mengikuti pertemuan G-20.

Keterangan pers diberikan ketika pesawat berada di atas ketinggian lebih dari 4.000 kilometer di atas permukaan laut. Pesawat di atas Samudra Atlantik, di sebelah barat Inggris dan selatan Islandia. Presiden didampingi Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Keuangan Agus Martowardoyo, Menakertrans Muhaimin Iskandar, dan Kepala BKPM Gita Wiryawan. Selain itu juga ada Ketua DPD Irman Gusman, Rektor IPB Herry Suhardiyanto, Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri, dan Rektor ITB Akhmaloka.

Melalui pendekatan itu, seperti dilaporkan wartawan Republika yang mengikuti jumpa pers itu, Nasihin Masha, SBY memperkirakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 6 persen hingga 7 persen. Berdasarkan catatan Republika, angka ini lebih tinggi dari target tahun ini yang ditetapkan 5,6 persen. "Asalkan ada keadilan sosial, tidak merusak lingkungan, dan bisa menjaga stabilitas," ujarnya.

Pendekatan yang ditawarkan Indonesia ini, katanya, merujuk pada peristiwa ekonomi akhir-akhir ini. Untuk pertama kali sejak 1946, ujarnya, pada 2009 global out put dunia turun 1 persen. Selain itu, pendapatan per kapita dunia turun 2 persen, volume perdagangan dunia turun 25 persen, sedangkan pengangguran naik dari 7 persen menjadi 9 persen. "Negara-negara bertumbangan. Dunia mengalami resesi yang dalam," katanya.

Banyak negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Sebagai contoh ia menyebut Rusia, Meksiko, Jepang, Jerman, Inggris, dan Italia minus 4,5 persen. Hanya tiga negara yang tetap bisa menjaga pertumbuhan ekonominya, yaitu Cina 8,7 persen, India 6,5 persen, dan India 4,5 persen.

Sejak itu, kata SBY, tumbuh kesadaran bersama bahwa tak ada satu pun kekuatan apalagi satu negara yang bisa menopang ekonomi dunia. "Semua harus bekerja bersama," katanya. Karena itu lahir G-20 yang merupakan gabungan negara-negara penting secara ekonomi, bukan hanya berisi negara-negara maju seperti G-8.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement