Sabtu 12 Jun 2010 00:05 WIB

50 Persen Bisnis Gagal di Tahun Kedua, Mengapa?

Rep: bowo/ Red: irf

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Kewirausahaan (entrepreneurship) tak dapat diciptakan hanya dengan modal nekad. Namun kewirausahaan harus diciptakan melalui desain dan perencanaan yang matang dan jelas. Tanpa desain dan perencanaan yang matang, bidang usaha yang diciptakan bakal sulit bertahan lama. Artinya, kewirausahaan tak akan berhasil memainkan peran sebagai 'mesin' pencetak uang.

Hal ini ditegaskan oleh Presiden Indonesian Islamic Businnes Forum (IIBF), Ir H Heppy Trenggono MKom, dalam pengajian bisnis bertajuk 'Mengapa 96 Persen Bisnis Tidak Benar- benar Menjadi Mesin Pencetak Uang', di Plaza Indosat, Semarang, Kamis (10/6). Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh IIBF, lebih dari 50 persen bisnis gagal bertahan di tahun kedua. Sementara lebih dari 65 persen bisnis gagal bertahan di tahun kelimanya.

Sedangkan bisnis yang tak dapat berulang tahun di tahunnya yang ke-10 mencapai 96 persen. "Artinya hanya ada empat persen bisnis yang mampu bertahan hingga tahun ke-10 ini," tegas Heppy. Mengapa hal ini bisa terjadi, Heppy berpendapat hal ini akibat masih banyaknya entrepreneur (pengusaha) yang tercipta hanya mengandalkan kenekadan atau yang disebutnya dengan entrepreneur by accident.

Ia juga menyimpulkan, tanpa ada perencanaan dan desain yang matang seorang pengusaha tidak akan peka terhadap tujuh tanda-tanda bahaya bisnis yang harus diketahui sebagai media pembelajaran diri dan bukan justru ditakuti. Masing- masing meliputi usaha terus-menerus membutuhkan suntikan modal, usaha tumbuh namun selalu berorientasi pada pembiayaan tinggi, ada hal yang harus diubah, operasionalnya selalu chaos, dan yang lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement