Jumat 04 Jun 2010 02:55 WIB

Indonesia-Cina Gagal Bentuk Joint Expert Group

Rep: c15/ Red: Siwi Tri Puji B

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemerintah Indonesia dan Cina gagal membentuk tim khusus Joint Expert Group dalam waktu dua bulan seperti yang disepakati saat Joint Commission Meeting ke-10 di Yogyakarta.

Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu mengatakan, pihaknya sudah membentuk tim di dalam struktur Menko Perekonomian dan menulis surat kepada pihak Cina untuk menunjuk anggota tim khusus ini. Hingga kini, pihaknya masih menunggu jawaban dari Cina termasuk menyepakati waktu penyelenggaraan pertemuan pertama. ''Pertemuannya dalam waktu dekat,'' katanya kepada wartawan, Kamis (3/6).

Mari melanjutkan, dalam pertemuan pertama nanti, kedua pihak akan membahas frekuensi pertemuan dan agenda. Menurutnya, yang lebih penting dari pertemuan itu adalah komunikasi yang terus terjalin. ''Kita sudah melangkah dari pertemuan yang di Yogyakarta itu. Salah satunya untuk sarang burung, mereka sudah kirim tim. Mereka juga sudah melakukan kunjungan ke Jawa Timur dan sebagainya. Jadinya kita tetap jalan terus,'' jelasnya.

Mengenai kinerja perdagangan kedua negara, menurut Mari juga menjadi garapan tim khusus ini. Selain itu, Lembaga Pembiayaan Ekspor Impor (LPEI) dan China Exim Bank juga sudah menandatangani kesepakatan pinjaman untuk peningkatan daya saing di Indonesia sebesar 100 juta dolar AS. LPEI juga saat ini dalam tahap finalisasi MoU dan Industrial & Commercial Bank of China (ICBC) untuk penyediaan kredit sebanyak 250 juta dolar AS kepada LPEI. Pinjaman tersebut akan digunakan sebagai fasilitas kredit untuk mendukung proyek-proyek perdagangan dan investasi dalam berbagai sektor-sektor prioritas.

Dalam JCM ke-10, kedua pihak sepakat untuk membentuk Kelompok Kerja Resolusi Perdagangan (Working Group on Trade Resolution/WGTR), yang selanjutnya disebut Joint Expert Group, yang bertujuan untuk memfasilitasi perdagangan yang lancar di antara kedua negara. Kedua pihak juga sepakat akan menetapkan pertumbuhan perdagangan bilateral yang tinggi dan berkelanjutan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement