REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA--Harga minyak merosot di perdagangan Asia, Kamis (27/5). Kehati-hatian kembali muncul di tengah kekhawatiran pasar yang masih terus berlanjut seputar keuangan zona euro, kata para analis.
Sementara pada Rabu, harga minyak melonjak dengan sentimen terangkat oleh "rebound" di pasar saham dan data baru yang menunjukkan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan di pasar utama energi AS.
Kontrak utama New York, untuk minyak mentah jenis light sweet pengiriman Juli turun 15 sen menjadi 71,36 dolar per barel, Sementara minyak mentah Brent North Sea juga pengapalan Juli turun 9 sen ke posisi 71,65 dolar per barel.
"Ketidakpastian seputar situasi euro yang berlanjut menghantui para investor dan hal itu berdampak pada dolar AS, yang mempengaruhi harga minyak," kata ekonom energi dan mineral dari National Australia Bank, Ben Westmore yang berbasis di Melbourne.
Euro menunjukkan kenaikan kecil lagi terhadap dolar di perdagangan Asia Kamis, tetapi para analis mengatakan bahwa mata uang tunggal Eropa tetap di bawah tekanan. Euro diperdagangkan pada 1,2203 dolar di Tokyo pada perdagangan pagi setelah melemah ke posisi 1,2175 di New York pada Rabu malam di tengah kekhawatiran krisis utang yang meroket di zone euro.
Sementara dolar tetap tidak mengalami perubahan pada 89,98 yen. Mata uang AS yang lebih kuat menjadikan minyak yang dihargakan dengan dolar menjadi lebih mahal bagi para pemilik unit-unit lebih lemah, menekan permintaan dan juga menjadikan harga minyak turun.
Westmore mengatakan bahwa menguatnya dolar memperlambat dampak laporan Departemen energi AS (DoE) Rabu yang menunjukkan permintaan meningkat di negara konsumen energi terbesar dunia itu. Laporan menunjukkan penurunan tidak terduga dalam pasokan gasolin AS pekan lalu, menurun 200.000 barel.
Cadangan minyak sulingan termasuk minyak pemanas dan disel, turun 300.000 barel pada pekan yang berakhir 21 Mei lalu. Inventaris minyak mentah, mengalami kenaikan 2,4 juta barel dibanding ekspektasi pasar untuk kenaikan 200.000 barel.