Selasa 16 Jul 2024 16:06 WIB

Kekayaan Ambani Setara Utang RI, Padahal Kemiskinan India Makin Kompleks

Reliance sudah menjalin usaha patungan dengan BlackRock yang berpusat di AS.

Rep: Dian Fath Risalah  / Red: Lida Puspaningtyas
Mukesh Ambani adalah seorang pengusaha dan milyader asal India.
Foto: AP Photo/Ajit Solanki
Mukesh Ambani adalah seorang pengusaha dan milyader asal India.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Miliarder India dan orang terkaya di Asia, Mukesh Ambani menjadi sorotan karena menggelar pernikahan super mewah untuk putra bungsunya, Anant Ambani dengan Radhika Merchant. Rangkaian pesta prnikahan megah tersebut digelar dalam tiga hari pada Jumat (12/7/2024) sampai Ahad (14/7/2024) di Mumbai, India.

Dikutip dari BBC News, keluarga Ambani sering digambarkan sebagai pebisnis paling terkemuka di India. Bisnis yang dimulai oleh sang Ayah, Dhirubhai Ambani sudah menjadikan mereka sebagai konglomerat minyak hingga telekomunikasi.

Baca Juga

Pada 1958, Dhirubhai Ambani mengawali bisnisnya dari Reliance Industries Limited di Mumbai bersama sepupunya. Selang beberapa tahun pada pertengahan 1960-an, Dhirubhai mulai memperluas bisnisnya ke manufaktur tekstil dengan mendirikan Reliance Textiles Engineers Private. Merk Vimal buatannya pun menjadi sangat populer.

Terus mengembangkan bisnisnya, pada 1977, Dhirubhai mulai melakukan penawaran umum perdana (IPO) Reliance Textile Industries. IPO tersebut dianggap salah satu yang terbesar di India pada saat itu.

Reliance juga menjadi salah satu korporasi yang menyabet tiga gelar sekaligus di India. Raksasa ini menjadi perusahaan paling menguntungkan, perusahaan publik terbesar berdasar kapitalisasi pasar, dan terbesar menurut pendapatan.

Dhirubhai Ambani terkenal sangat cekatan menavigasi kebijakan pra-liberalisasi India yang kontroversial, sambil menciptakan kekayaan yang sangat besar bagi para pemegang saham perusahaannya. Setelah kesuksesannya mengumpulkan kekayaan, Dhirubhai wafat pada 6 Juli 2002. Sepeninggalnya, perusahaan pun diambil alih oleh anaknya Mukesh Ambani dan Anil Ambani. 

Jika Dhirubhai, dianggap berjasa memperkenalkan pasar saham kepada investor ritel India, putranya Mukesh sangat dikenal karena menciptakan bisnis yang dibutuhkan konsumen India saat ini. 

Bahkan, sebagian besar yang dikonsumsi orang India saat ini, mulai dari acara hiburan, pakaian yang dikenakan hingga cara bertransaksi di masa mendatang, berasal dari rumah Ambani. Mukesh Ambani berhasil meneruskan lompatan bisnis Reliance dengan fokus pada bisnis minyak dan petrokimia kala itu. 

Ia pun menjadi orang nomor satu terkaya di India dan membawa pamornya semakin melejit. Menurut Forbes , ia memiliki kekayaan bersih lebih dari 123,7 miliar dolar AS atau Rp 1.992 triliun atau setara dengan utang RI pada 2012 lalu. 

Saat ini, ia juga merupakan orang terkaya di India dan kesembilan di dunia Kilang minyaknya di kota bagian barat Jamnagar merupakan yang terbesar di dunia. 

Dalam beberapa tahun terakhir, Reliance juga telah membawa beberapa merek mewah paling terkenal di dunia ke India, dari Valentino hingga Versace dan Burberry hingga Bottega. Bahkan, perusahaan itu sekarang memiliki tim di turnamen kriket terkaya di dunia dan distributor mainan ikonik Inggris, Hamleys. Pada tahun 2021, perusahaan juga mengakuisisi klub pedesaan bersejarah Stoke Park di Buckinghamshire seharga 57 juta poundsterling atau sekitar Rp 1,19 triliun.

Kekayaan yang dimiliki Mukesh berbanding terbalik dengan kemiskinan di India yang sudah menjadi masalah kompleks. Laporan Indeks Kemiskinan Multidimensi 2023 menemukan lebih dari sepertiga dari seluruh penduduk miskin di dunia tinggal di Asia Selatan—yang jumlahnya sekitar 389 juta orang.

"India berkontribusi signifikan terhadap angka ini, dengan menyumbang hampir 70 persen dari peningkatan kemiskinan ekstrem," tulis Forbes India Jumat (5/7/2024) lalu.

Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan menggunakan Garis Kemiskinan Internasional, yang menetapkan kemiskinan ekstrem pada pendapatan 2,15 dolar AS atau Rp 35 ribu per hari, sementara 3,65 dolar AS atau Rp 60 ribu termasuk dalam kategori pendapatan menengah ke bawah, dan 6,85 dolar AS atau Rp 100 ribu per hari tergolong pendapatan menengah ke atas.

Dengan mempertimbangkan garis kemiskinan yang ditetapkan sebesar 3,65 dolar AS, kontribusi India merupakan 40 persen dari sedikit penyesuaian ke atas dalam tingkat kemiskinan global, yang bergerak dari 23,6 persen menjadi 24,1 persen.

Forbes India menyebut, struktur ekonomi yang dibangun melahirkan kesenjangan kekayaan yang terus-menerus. Warisan eksploitasi, distribusi tanah yang tidak merata, dan ketimpangan sosial terus memengaruhi tingkat kemiskinan di India. Kepemilikan tanah yang luas oleh beberapa elit berkontribusi terhadap kemiskinan di India dengan membatasi akses terhadap sumber daya bagi masyarakat luas.

Ketimpangan sosial, yang sering kali diperburuk oleh faktor historis seperti sistem kasta atau perpecahan etnis, juga berkontribusi terhadap kemiskinan yang terus berlanjut di India. Diskriminasi membatasi akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan peluang lain bagi kelompok terpinggirkan.

Dinamika ekonomi global, termasuk ketidakseimbangan perdagangan dan beban utang, memperburuk kemiskinan di India. Persyaratan perdagangan yang tidak menguntungkan dan kebijakan ekonomi yang diberlakukan oleh negara-negara kuat menghambat upaya pembangunan lokal.

Namun, di tengah kondisi tersebut, Reliance terus bersinar dengan menandatangani perjanjian platform hiburannya dengan Disney pada awal tahun ini. Kesepakatan ini menjadikan Mukesh Ambani sebagai pemain tangguh di ruang streaming digital, dengan hak siar untuk turnamen kriket dan pertunjukan internasional.

Selama pandemi Covid-19, konglomerat asal India itu melakukan investasi miliaran dolar di berbagai sektor, termasuk diantaranya Meta dan Google. Rencana perusahaanya dengan Meta adalah menghubungkan lebih dari 400 juta pengguna WhatsApp di India dengan platform belanja daringnya JioMart.

Target Mukesh Ambani berikutnya adalah industri jasa keuangan, Reliance sudah menjalin usaha patungan dengan BlackRock yang berpusat di AS untuk bisnis perantara dan pengelolaan kekayaan.

 

sumber : Forbes/BBC
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement