Senin 03 Nov 2025 15:04 WIB

Jaga Surplus Neraca Dagang Beruntun, Ini Komoditas Penopangnya

Komoditas migas masih mencatat defisit 13,71 miliar dolar AS.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di New Priok Container Terminal One, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (6/8/2025).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di New Priok Container Terminal One, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (6/8/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus sebesar 33,48 miliar dolar AS sepanjang periode Januari hingga September 2025. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengatakan angka tersebut naik 11,30 miliar dolar AS dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

“Dengan demikian, Indonesia telah mencatatkan surplus selama 65 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Pudji dalam Rilis Berita Resmi Statistik di Kantor BPS, Jakarta, Senin (3/11/2025).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Pudji menyebut, surplus sepanjang Januari–September 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar 47,20 miliar dolar AS, sementara komoditas migas masih mencatat defisit 13,71 miliar dolar AS.

Ia menjelaskan, nilai ekspor Indonesia pada Januari–September 2025 naik 8,14 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh sektor industri pengolahan yang mencatat nilai ekspor sebesar 167,85 miliar dolar AS atau naik 17,02 persen.

“Tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia adalah China, Amerika Serikat (AS), dan India,” sambung Pudji.

Ia menyampaikan, kontribusi ketiga negara tersebut mencapai sekitar 41,81 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Januari–September 2025. China tetap menjadi pasar ekspor utama dengan nilai 46,47 miliar dolar AS (23,26 persen), disusul AS sebesar 23,03 miliar dolar AS (11,53 persen), dan India sebesar 14,02 miliar dolar AS (7,02 persen).

“Ekspor ke China didominasi oleh besi dan baja, bahan bakar mineral, serta produk nikel. Sementara ekspor ke AS didominasi mesin dan perlengkapan elektrik, pakaian dan aksesori (rajutan), serta alas kaki,” lanjutnya.

Pudji menambahkan, nilai impor Indonesia pada Januari–September 2025 mencapai 176,32 miliar dolar AS atau meningkat 2,62 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penyumbang utama impor berasal dari sektor nonmigas dengan nilai 152,58 miliar dolar AS atau naik 5,17 persen, sedangkan impor sektor migas turun 11,21 persen menjadi 23,75 miliar dolar AS.

“Dilihat dari sisi penggunaan, peningkatan impor terjadi pada barang modal. Nilai impor barang modal, sebagai andil utama peningkatan impor, mencapai 35,90 miliar dolar AS atau naik 19,13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” ungkap Pudji.

Sepanjang periode Januari–September 2025, China menjadi negara asal utama impor nonmigas Indonesia dengan nilai 62,07 miliar dolar AS (40,68 persen), diikuti Jepang sebesar 11,01 miliar dolar AS (7,22 persen), dan AS sebesar 7,33 miliar dolar AS (4,81 persen). Impor dari China didominasi mesin dan peralatan mekanis, mesin serta perlengkapan elektrik, dan kendaraan beserta komponennya.

“Surplus perdagangan nonmigas sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini sebagian besar ditopang lima komoditas utama, yaitu lemak dan minyak hewani/nabati (25,14 miliar dolar AS), bahan bakar mineral (20,15 miliar dolar AS), besi dan baja (14,11 miliar dolar AS), produk nikel (6,50 miliar dolar AS), serta logam mulia dan perhiasan/permata (5,41 miliar dolar AS),” ujar Pudji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement