Rabu 29 Oct 2025 16:03 WIB

BEI Catat Transaksi EBUS dan Repo di Pasar Keuangan Indonesia Tembus Rp1.000 Triliun

Capaian ini bukti kepercayaan pelaku pasar terhadap keandalan platform SPPA.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
BEI mengungkapkan, transaksi Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) serta Repurchase Agreement (Repo) di pasar keuangan Indonesia telah menembus angka Rp1.000 triliun. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
BEI mengungkapkan, transaksi Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) serta Repurchase Agreement (Repo) di pasar keuangan Indonesia telah menembus angka Rp1.000 triliun. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan, transaksi Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) serta Repurchase Agreement (Repo) di pasar keuangan Indonesia telah menembus angka Rp1.000 triliun. BEI menyebut, capaian tersebut menjadi babak baru yang ditandai dengan meningkatnya partisipasi bank umum, Bank Pembangunan Daerah (BPD), dan perusahaan sekuritas dalam memanfaatkan Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) BEI.

SPPA BEI merupakan sarana untuk melakukan transaksi EBUS, baik dalam bentuk jual beli maupun repo. Hingga 27 Oktober 2025, BEI mencatat terdapat 38 pengguna jasa SPPA yang terdiri atas 20 bank, dua BPD, dan 16 perusahaan sekuritas. Jumlah pengguna jasa repo juga meningkat dari 12 menjadi 14 institusi.

Baca Juga

Peningkatan utilisasi SPPA BEI untuk transaksi jual beli dan repo oleh pelaku pasar menjadikan nilai transaksi all time high di platform tersebut, dengan capaian melebihi Rp1.000 triliun year to date (ytd) 2025. “Pencapaian total nilai transaksi kumulatif Rp1.000 triliun ini adalah wujud kepercayaan pelaku pasar terhadap integritas, efisiensi, dan keandalan SPPA,” kata Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, dalam keterangannya, dikutip Rabu (29/10/2025).

Secara lebih rinci, hingga 27 Oktober 2025, total nilai transaksi di SPPA mencapai Rp1.011,2 triliun, dengan rata-rata nilai transaksi harian Rp5,3 triliun. Capaian tersebut meningkat 412,6 persen dibandingkan total transaksi sepanjang 2024.

“Total transaksi didominasi sebesar 51 persen oleh transaksi jual beli yang mencapai Rp516,9 triliun dan 49 persen oleh transaksi repo yang mencapai Rp494,3 triliun,” jelasnya.

Jeffrey menilai, capaian ini merupakan milestone penting bagi industri pasar keuangan nasional. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari dukungan seluruh pelaku pasar yang mempercayai SPPA sebagai platform utama transaksi EBUS dan pasar uang di Indonesia.

Pencapaian ini juga menjadi bagian dari kontribusi dan kolaborasi para pemangku kepentingan dalam Roadmap Pengembangan Pasar Keuangan Nasional untuk mendukung pemerintah dalam membangun pasar uang yang modern dan terintegrasi.

“Kami berkomitmen menjadikan SPPA sebagai pool of liquidity perdagangan EBUS dan pasar uang di Tanah Air,” ujar Jeffrey.

Ia menambahkan, BEI tidak hanya berfokus pada penguatan aspek teknologi, keamanan, dan kenyamanan kolaborasi, tetapi juga memastikan kemudahan bagi pelaku pasar dalam memperdagangkan instrumen EBUS dan pasar uang secara straight-through processing (STP), mulai dari risk management hingga proses post-trade.

“SPPA diharapkan dapat menjadi platform utama perdagangan elektronik untuk instrumen EBUS dan pasar uang di pasar sekunder Indonesia, yang melayani kebutuhan industri dan pemangku kepentingan secara efisien,” terangnya.

Jeffrey menekankan, pengembangan SPPA mencerminkan komitmen BEI dalam memperkuat infrastruktur pasar keuangan nasional, meningkatkan transparansi, serta memperluas akses bagi berbagai institusi keuangan untuk bertransaksi dengan lebih aman dan efisien.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement