Selasa 14 Oct 2025 17:13 WIB

Bahlil: Impor Emas Antam untuk Penuhi Kebutuhan Nasional

Saat ini kapasitas produksi emas nasional belum mampu mencukupi permintaan domestik.

Rep: Frederikus Dominggus Bata/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pedagang mengambil logam mulia yang dipilih pembeli di salah satu toko perhiasan emas.
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang mengambil logam mulia yang dipilih pembeli di salah satu toko perhiasan emas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan, impor emas yang dilakukan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) bertujuan memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat. Ia menyebut, saat ini kapasitas produksi emas nasional belum mampu mencukupi permintaan domestik.

Bahlil menjelaskan, produksi emas nasional sebagian besar masih bersumber dari dua perusahaan besar, yakni PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Dari dua entitas tersebut, total produksi emas nasional diperkirakan mencapai 80 ton per tahun yang berasal dari hasil pemurnian konsentrat tembaga di fasilitas pengolahan milik masing-masing perusahaan.

Baca Juga

“Refinery emas kita itu sekarang ada di Freeport. Dari sekitar tiga juta ton konsentrat yang diolah di smelter mereka, menghasilkan 50 sampai 60 ton emas. Sedangkan di Amman, dari sekitar 970 ribu ton konsentrat, menghasilkan 18 sampai 20 ton emas,” ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (14/10/2025).

Ia menuturkan, dalam kondisi seperti ini, Antam perlu melakukan kerja sama secara business to business (B2B) agar kebutuhan emas domestik tetap terpenuhi. Langkah ini dinilai penting untuk menjaga ketersediaan pasokan di pasar, sekaligus mengurangi tekanan terhadap industri perhiasan dan sektor keuangan yang memerlukan logam mulia.

Menurut Bahlil, produksi emas dari Freeport maupun Amman saat ini belum bisa berjalan optimal. Salah satu penyebabnya ialah adanya gangguan pasokan di sektor hulu setelah tambang bawah tanah milik Freeport, Grasberg Block Cave (GBC), mengalami insiden longsor beberapa waktu lalu.

“Sekarang di Freeport sedang dilakukan evaluasi total pasca musibah di tambang bawah tanah. Kita turut berduka atas meninggalnya tujuh karyawan. Dengan kondisi seperti itu, produksi konsentrat di Freeport belum bisa maksimal, sehingga terjadi kekurangan pasokan,” kata Menteri ESDM.

Pemerintah, sebut Bahlil, terus memantau perkembangan di lapangan dan memastikan kegiatan produksi dapat kembali normal seiring dengan perbaikan di fasilitas tambang tersebut. Langkah-langkah penyesuaian pasokan dan kerja sama antarperusahaan diharapkan mampu menjaga stabilitas pasokan emas nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement