REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur PT Vivo Energy Indonesia, Leonard Mamahit, menyampaikan perusahaannya batal membeli bahan bakar minyak (BBM) dari PT Pertamina Patra Niaga. Keputusan itu diambil karena terdapat sejumlah syarat teknis yang tidak dapat dipenuhi Pertamina dalam proses negosiasi yang sebelumnya sudah berlangsung.
Leonard menjelaskan, Vivo telah mengikuti arahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk melakukan negosiasi dengan Pertamina. Namun, rencana pembelian tersebut tidak dapat direalisasikan.
“Memang betul, kami sesuai dengan saran dari Pak Menteri ESDM telah mengadakan negosiasi dengan Pertamina untuk membeli BBM. Tapi karena ada beberapa hal teknis yang tidak bisa dipenuhi Pertamina, sehingga apa yang sudah kami mintakan itu dengan terpaksa dibatalkan,” ujar Leonard di Jakarta, Kamis (2/10/2025).
Meski begitu, ia menegaskan peluang kerja sama tetap terbuka. Vivo masih akan berkoordinasi dengan Pertamina untuk kemungkinan pembelian di masa mendatang apabila syarat yang diajukan perusahaan dapat dipenuhi.
Ia menyampaikan, hingga awal Oktober 2025, seluruh stok BBM di SPBU Vivo sudah habis. Kondisi ini membuat 44 SPBU yang dimiliki perusahaan di wilayah Jabodetabek tidak lagi dapat melayani penjualan bahan bakar. “Saat ini memang stok kami sudah habis di bulan Oktober ini, jadi tidak ada lagi yang bisa kami jual untuk bahan bakarnya pada bulan Oktober ini,” jelas Leonard.
Leonard menambahkan, Vivo Energy Indonesia berdiri sejak 2015 sebagai perusahaan modal asing dengan kepemilikan saham dari Singapura. Hingga kini, perusahaan terus berupaya memberikan pelayanan meski menghadapi keterbatasan pasokan.
Sebelumnya, pada akhir bulan lalu, PT Pertamina Patra Niaga (PPN) mengeluarkan rilis berisi informasi PPN resmi melayani permintaan bahan bakar minyak (BBM) dari PT Vivo Energy Indonesia. Kolaborasi ini, kata PPN, menjadi tindak lanjut arahan pemerintah untuk menjaga pasokan energi.