REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog menyebutkan kekosongan beras Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di toko ritel modern disebabkan oleh banyaknya peminat.
Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani mengatakan, beras SPHP telah disalurkan ke berbagai pasar tradisional, ritel modern, hingga operasi pasar secara maksimal. “Mungkin karena saking banyaknya yang beli, sehingga sempat kosong dan harus menunggu pemesanan berikutnya,” ujar Rizal di Jakarta, Senin (1/9/2025).
Rizal menjelaskan, saat stok SPHP di suatu toko habis, harus dilakukan pemesanan ulang. Namun, hal tersebut memerlukan waktu dan tidak bisa instan. “Ini kan perlu proses, apalagi kemarin ada Gerakan Pangan Murah serentak. Mungkin ini lagi proses repacking, tambah ulang lagi, tapi diyakini semua terkirim,” katanya.
Ia menegaskan, Bulog berkomitmen terus menyalurkan beras SPHP sesuai target, yakni 1,3 juta ton hingga Desember 2025.
Menurut Rizal, saat ini permintaan terhadap beras SPHP cukup tinggi sehingga memerlukan waktu untuk kembali mengisi kekosongan. “Kita kerja nonstop, dari Senin ketemu Senin untuk mengejar sesuai arahan pimpinan, Pak Presiden Prabowo Subianto, supaya stok betul-betul digelontorkan semaksimal mungkin,” ujarnya.
Bulog mencatat distribusi beras SPHP pada 25 Agustus 2025 mencapai 8 ribu ton dalam sehari. Angka itu lebih tinggi dari rata-rata distribusi harian beras subsidi yang biasanya 6–7 ribu ton. Secara keseluruhan, penyaluran beras SPHP sepanjang 2025 telah dilakukan lebih dari 259 ribu ton.
Distribusi beras dilakukan melalui jaringan luas hingga menjangkau desa, baik lewat Rumah Pangan Kita (RPK), ritel modern, Koperasi Desa dan Kelurahan Merah Putih, gerai pangan binaan, maupun Gerakan Pangan Murah (GPM) yang digelar bersama pemerintah daerah.