Selasa 12 Aug 2025 19:15 WIB

BEI dan IIX Targetkan Mobilisasi Modal 5 Miliar Dolar AS lewat Pasar Modal Oranye

Dua kerangka kerja nasional diluncurkan untuk dorong investasi berwawasan gender.

Jurnalis memantau layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (8/4/2025). IHSG dibuka anjlok 9,19 persen ke level 5.912,06 pada perdagangan Selasa (8/4/2025) di tengah gonjang ganjing penerapan kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung mengambil tindakan tegas berupa trading halt dan penyesuaian batas Auto Rejection Bawah (ARB) demi menjaga stabilitas pasar. Pada pukul 09.00 WIB, BEI menghentikan sementara perdagangan sistem JATS karena IHSG tercatat turun hingga 8 persen. Perdagangan dilanjutkan kembali pada pukul 09.30 WIB tanpa perubahan jadwal.
Foto: Republika/Prayogi
Jurnalis memantau layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (8/4/2025). IHSG dibuka anjlok 9,19 persen ke level 5.912,06 pada perdagangan Selasa (8/4/2025) di tengah gonjang ganjing penerapan kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung mengambil tindakan tegas berupa trading halt dan penyesuaian batas Auto Rejection Bawah (ARB) demi menjaga stabilitas pasar. Pada pukul 09.00 WIB, BEI menghentikan sementara perdagangan sistem JATS karena IHSG tercatat turun hingga 8 persen. Perdagangan dilanjutkan kembali pada pukul 09.30 WIB tanpa perubahan jadwal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Impact Investment Exchange (IIX) bersama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan inisiatif untuk memobilisasi modal senilai lima miliar dolar AS demi pengembangan Orange Capital Markets atau Pasar Modal Oranye Indonesia. Inisiatif ini menargetkan mobilisasi modal sebesar lima miliar dolar AS pada 2030 melalui instrumen seperti Orange Bonds dan Orange Sukuk, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pendiri dan CEO IIX, Durreen Shahnaz, dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (12/8/2025), mengatakan komitmen bersama ini menandai momen transformasional bagi Indonesia dan Orange Movement secara global. Ia menyatakan Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa pasar dapat berfungsi lebih baik bagi perempuan, komunitas, dan lingkungan, sekaligus turut mewujudkan Agenda SDGs 2030.

Baca Juga

“Sebagai salah satu pasar paling penting dalam keuangan berkelanjutan dan keuangan syariah, kepemimpinan Indonesia sangat penting untuk membuka masa depan yang lebih inklusif bagi semua,” ujar Durreen.

Wakil Direktur Pengembangan Perusahaan Tercatat BEI, Listyorini Dian Pratiwi, mengatakan BEI melihat meningkatnya minat perusahaan untuk menerbitkan instrumen utang berkelanjutan dan secara aktif mempromosikan serta mendorong penerbitan tersebut, sejalan dengan nilai keberlanjutan dalam pertumbuhan mereka.

“Penerbitan ini juga menunjukkan komitmen kolektif Pasar Modal Indonesia dalam memitigasi dampak perubahan iklim dengan mengintegrasikan nilai keberlanjutan dalam pembiayaan perusahaan,” kata Listyorini.

Sebagai inti dari inisiatif ini, dua kerangka kerja nasional resmi diluncurkan. Pertama, Kerangka Kerja Orange Bond Indonesia yang menyediakan panduan komprehensif dalam perancangan, penerbitan, dan verifikasi obligasi yang sensitif gender berdasarkan Prinsip Orange Bond. Panduan ini mencakup Alokasi Modal Positif Gender, Kapasitas dan Kepemimpinan Berwawasan Gender, serta Transparansi dalam Proses dan Pelaporan.

Kedua, Kerangka Kerja Orange Sukuk Indonesia yang mengadaptasi prinsip serupa ke dalam konteks pembiayaan sesuai prinsip syariah. Selaras dengan Maqasid al-Shariah, prinsip pendukung aset (asset-backing), dan regulasi keuangan syariah nasional, kerangka ini memberikan jalur yang jelas untuk mengintegrasikan tujuan kesetaraan gender dan inklusi sosial dalam strukturisasi sukuk, tata kelola, dan pengukuran dampak.

Listyorini menjelaskan, kedua kerangka kerja ini dirancang untuk melengkapi obligasi hijau, sosial, dan berkelanjutan yang telah ada, serta selaras dengan regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Ia menambahkan, kedua kerangka kerja tersebut menawarkan struktur kuat dan praktis untuk memobilisasi modal berorientasi kesetaraan gender di seluruh prioritas pembangunan berkelanjutan Indonesia, mulai dari ketahanan iklim dan infrastruktur berkelanjutan hingga ekonomi kelautan dan inklusi keuangan.

“Orange Bonds dan Orange Sukuk memperkuat dampak tanpa menambah kompleksitas,” ujar Listyorini.

Sebagai tindak lanjut, akan diluncurkan program Orange Bond Ecosystem Readiness Training untuk membekali pelaku pasar modal Indonesia dengan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri memimpin investasi iklim dan berkelanjutan yang berwawasan gender.

Didukung oleh Ford Foundation Indonesia dan IIX, pelatihan ini mencakup tata kelola, strukturisasi, pengukuran dampak, dan strategi penempatan investor yang disesuaikan secara khusus dengan lanskap keuangan berkelanjutan serta konteks regulasi di Indonesia. Tujuannya memastikan Kerangka Kerja Orange dapat diterjemahkan menjadi arus modal yang berdampak dan inklusif.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement