Kamis 31 Jul 2025 18:05 WIB

Bahlil Incar Lifting Migas 900 Ribu BPH, Ini Tantangannya

Untuk mencapai target tersebut, ada tiga tantangan utama.

Rep: Frederikus Dominggus Bata/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan Jakarta.
Foto: BPMI Setpres/Rusman
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, kembali menyoroti target peningkatan lifting minyak dan gas bumi (migas). Menurut Bahlil, Presiden mendorong agar realisasi lifting migas Indonesia terus meningkat guna mengurangi ketergantungan pada impor. Namun, untuk mencapai target tersebut, ada tiga tantangan utama yang dihadapi di lapangan.

Apa saja tantangan itu? Pertama, jelas Bahlil, banyak sumur di Indonesia yang masuk kategori sumur tua. Keberadaan sumur dalam kategori ini, kata dia, bahkan sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Artinya, sumur-sumur tersebut telah berusia di atas tujuh hingga delapan dekade.

Baca Juga

Menteri ESDM melanjutkan, tantangan kedua adalah masih banyaknya sumur idle. Itu adalah sumur yang tidak diproduksi dalam jangka waktu tertentu, tetapi belum ditutup secara permanen dan masih berpotensi diaktifkan kembali.

"Dan yang ketiga memang investasi di bidang migas ini luar biasa besarnya dengan risiko yang besar," kata Bahlil dalam forum Energi dan Mineral Festival di Jakarta, dikutip Kamis (31/7/2025).

Namun, jika melihat akselerasi dari berbagai pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun kontraktor kontrak kerja sama (KKKS), ia optimistis target tersebut dapat tercapai. Dalam APBN tahun ini, Indonesia menargetkan lifting minyak sebesar 605 ribu barel per hari (bph), dan lifting salur gas sebesar 5.628 juta kaki kubik standar per hari (million standard cubic feet per day/MMSCFD).

Dalam beberapa tahun ke depan, Presiden menargetkan swasembada energi. Salah satu upaya utamanya adalah peningkatan signifikan pada lifting minyak, minimal mencapai 900 ribu bph.

"Salah satu program prioritas dalam Asta Cita Bapak Presiden yaitu kedaulatan energi. Sudah barang tentu ini bukan hanya menjadi slogan, tapi ini merupakan cita-cita mulia," kata Bahlil.

Sebelumnya, dalam acara CEO Forum Hulu Migas 2025, Menteri ESDM juga mendorong pemanfaatan potensi migas dari seluruh konsesi untuk meningkatkan lifting. Dari 128 cekungan, baru 20 yang sudah berproduksi. Data tersebut mengindikasikan masih banyak potensi yang bisa dieksplorasi lebih lanjut.

Selain itu, banyak wilayah kerja (WK) yang telah memiliki plan of development (POD), namun belum berjalan. Sesuai arahan Presiden Prabowo, Bahlil akan bekerja sama dengan KKKS untuk membuat terobosan dalam upaya peningkatan lifting, termasuk mencari akar permasalahan apabila terjadi perlambatan perizinan, sekaligus mempercepat prosesnya.

“Saya akan turun membantu Bapak Ibu semua untuk proses perizinan. Tapi saya mohon bagi yang sudah selesai izinnya, dan atau yang tidak ada persoalan lagi, tolong segera jalan. Kalau tidak maka kami akan melakukan langkah-langkah yang terukur. Sudah barang tentu by regulation,” ujar Bahlil.

Ia juga berpesan agar ada pemberdayaan masyarakat daerah. Hal ini menjadi krusial agar kekayaan migas dapat dinikmati warga di sekitar WK. Terkait dukungan fiskal untuk mewujudkan proyek hulu migas yang ekonomis, Menteri ESDM menjelaskan bahwa saat ini tidak ada lagi masalah antara skema gross split maupun cost recovery, karena internal rate of return (IRR) sudah disusun secara ekonomis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement