Kamis 24 Jul 2025 22:50 WIB

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Masih Bisa Didorong Meski Proyeksi di Bawah 5 Persen

Stabilitas inflasi dan rupiah jadi kunci pelonggaran kebijakan moneter.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
BI menanggapi proyeksi Kantor Riset Ekonomi Makro ASEAN Plus Tiga (AMRO) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di bawah lima persen. (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
BI menanggapi proyeksi Kantor Riset Ekonomi Makro ASEAN Plus Tiga (AMRO) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di bawah lima persen. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) menanggapi proyeksi Kantor Riset Ekonomi Makro ASEAN Plus Tiga (AMRO) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di bawah lima persen. Pimpinan Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter (DKEM) BI, Firman Mochtar, menghormati proyeksi tersebut, meskipun BI memiliki perhitungan tersendiri.

“Mereka pasang di bawah lima persen, ya tidak apa-apa. Mereka punya asumsi-asumsi. Kami juga punya asumsi yang menempatkan proyeksi kami pada level 4,6 persen sampai 5,4 persen,” ujar Firman dalam acara Taklimat Media BI bertajuk Mempertahankan Stabilitas, Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di ruang media Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (24/7/2025).

Baca Juga

Firman menjelaskan, BI terus berupaya mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui pelonggaran kebijakan moneter dan dukungan kebijakan likuiditas makroprudensial. Langkah ini diambil untuk menstimulasi permintaan domestik di tengah tantangan global.

“Kami mendorong semaksimal mungkin melalui berbagai upaya pelonggaran dari kebijakan moneter dan dukungan kebijakan likuiditas makroprudensial,” ujarnya.

Dalam kerangka kebijakan makroekonomi, BI mempertimbangkan tiga indikator utama pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan stabilitas nilai tukar. Firman menyebut inflasi saat ini terkendali dan bahkan berpotensi turun di bawah 2,5 persen ke depan.

“Inflasinya ada targetnya 1,5 persen sampai 3,5 persen. Sekarang kami meyakini inflasi ke depan itu akan turun di bawah 2,5 persen,” ucapnya.

Firman menyampaikan, kestabilan nilai tukar rupiah juga menjadi landasan bagi BI dalam memformulasikan ruang pelonggaran lanjutan, termasuk potensi penurunan suku bunga. Namun, upaya mendorong pertumbuhan tidak akan dilakukan dengan mengorbankan stabilitas makroekonomi.

“Seandainya kami dorong lagi dengan menurunkan bunga dan pertumbuhan ekonominya naik lebih tinggi, tapi inflasinya masih di dalam koridor, berarti ada ruang untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa mengganggu stabilitas,” ungkap Firman.

Ia memastikan BI akan terus memantau perkembangan ekonomi global dan domestik untuk menentukan langkah-langkah kebijakan berikutnya. “Bank Indonesia ke depan akan terus mencermati ruang penurunan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan inflasi,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement