REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Emiten pengelola gerai kopi Starbucks, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) menyebutkan setahun terakhir, Starbucks di Indonesia menghadapi tantangan besar akibat informasi yang tidak benar. Hal itu mengakibatkan 7.500 karyawan mengalami tekanan dan pertanyaan hanya karna memakai logo Starbucks.
"Karyawan kami yang berjumlah sekitar 7.500 orang, termasuk keluarga mereka bahkan anak-anak mereka, mengalami tekanan dan pertanyaan hanya karna memakai logo Starbucks atau menggunakan produk kami," ujar Corporate Secretary Eva Andrianie dalam keterbukaan informasi yang dikutip Republika pada Jumat (11/7/2025).
Selama setahun terakhir, Starbucks di Indonesia menghadapi tantangan bukan karena operasional melainkan informasi yang tidak benar. Beredar narasi yang salah yang mengaitkan Starbucks dengan konflik di Israel.
"Kami tegaskan, Starbucks tidak memiliki toko, karyawan, ataupun kegiatan operasional di Israel, dan memang sudah tidak ada sejak tahun 2008," kata Eva.
Namun, meskipun fakta tersebut sudah jelas, dampak dari informasi yang salah itu sangat terasa di Indonesia. "Kami melihat ada pelajar yang diminta keluar dari sekolah hanya karna membawa tumbler Starbucks, dan toko-toko kami juga menjadi sasaran serangan serta penilaian yang tidak adil," ucapnya.
Eva menegaskan, Starbucks memberikan kontribusi besar untuk Indonesia. Gerai kopi ini adalah pengguna terbesar kopi Arabika asal Indonesia di seluruh dunia dan membawa kopi Indonesia ke konsumen di berbagai negara.
"Melalui bisnis kami, kami mendukung lebih dari 100.000 orang, termasuk petani, pemasok, kontraktor, pemilik gedung, dan tentu saja para karyawan kami," katanya.