REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Asuransi BRI Life bersama BRI Research Institute meresmikan Rumah Produksi dan Pemasaran sebagai bagian dari program BRI Life Berbagi. Bersamaan dengan itu, dilakukan Pelatihan Peningkatan Literasi Keuangan dan Kapasitas Usaha bagi UMKM Monalisa yang berlokasi di Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Program yang berlangsung selama tiga bulan, dari April hingga Juni 2025 ini memberikan pelatihan intensif kepada pelaku usaha lokal, guna meningkatkan daya saing serta nilai tambah produk olahan singkong. Program ini juga mencakup pemberian dukungan sarana usaha berupa pengadaan tempat pengeringan, mesin penepung, mesin slicer, alat pengemas, dan serta satu set alat desain.
Corporate Secretary BRI Life, Ade Nasution, mengatakan perseroan ingin mendorong UMKM di desa agar mampu mengelola dan mengolah potensi lokal secara optimal dan mandiri. "Dengan kehadiran Rumah Produksi dan pelatihan terpadu, warga Gayamharjo kini punya akses pada teknologi pengolahan yang efisien dan pasar yang lebih luas,” ujarnya.
Menurut Ade singkong dapat menjadi bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri dari hulu hingga hilir. Singkong adalah pangan masa depan karena memiliki karakteristik yang adaptif terhadap perubahan iklim global.
“Dengan dukungan berbagai pihak baik dari pemerintah, swasta termasuk perguruan tinggi, kami optimistis usaha UMKM ini bisa berkembang lebih jauh,” ucapnya.
Peserta juga mendapatkan pelatihan komprehensif yang meliputi manajemen produksi, srategi branding, pemasaran, hingga pemahaman literasi keuangan guna memperkuat kapasitas usaha secara menyeluruh. Tak hanya itu, BRI Life juga mendirikan rumah produksi serta pemberian asuransi gratis AMKKM bagi para peserta UMKM.
Desa Gayamharjo merupakan wilayah perbukitan yang secara geografis rawan mengalami kekeringan. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar penduduk hanya dapat mengadalkan pertanian padi musiman yang umumnya dilakukan sekali dalam setahun.
Sebagai bentuk adaptasi, masyarakat mulai membudidayakan tanaman singkong sebagai alternatif sumber pangan, yang selama ini hanya digunakan sebagai pakan ternak. Melalui program ini, potensi singkong di Desa Gayamharjo diolah menjadi tepung MOCAF (Modified Cassava Flour) yang memiliki permintaan pasar yang luas dan nilai tambah ekonomi yang signifikan, sehingga diharapkan dapat menjadi sumber penghasilan baru yang lebih berkelanjutan bagi masyarakat setempat.
Dalam pelaksanaannya, program ini melibatkan mahasiswa pendamping dari Fakultas Pertanian UGM, serta dukungan dari Pemerintah Desa dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman RR Mae Rusmi Suryaningsih menyampaikan program seperti ini sangat relevan dengan arah pembangunan ekonomi daerah.
"Pengolahan singkong menjadi MOCAF membuka peluang tumbuhnya industri rumah tangga berbasis agro, yang bisa menjadi penopang ekonomi lokal sekaligus menyerap tenaga kerja di desa,” katanya.
Salah satu pelaku UMKM yang terlibat, yakni UMKM Monalisa, merupakan kelompok usaha lokal binaan desa, kini memiliki kemampuan produksi mandiri, pemasaran terintegrasi, dan jaringan penjualan online yang sedang dikembangkan. Dengan program ini, diharapkan desa-desa lain juga bisa mengikuti langkah serupa untuk mengangkat potensi lokal melalui pendekatan yang terstruktur dan berkelanjutan.
“Kami sangat bersyukur dan berterimakasih atas bantuan yang diberikan BRILife kepada UMKM Monalisa. Bantuan ini sangat berarti bagi kelangsungan dan pengembangan usaha kami," ujar Bimo selaku Ketua UMKM Monalisa.
Dengan bantuan yang diberikan, kami dapat meningkatkan efisiensi kerja, mempercepat proses produksi dan tentu saja menghasilkan produk yang lebih berkualitas dengan kuantitas yang lebih banyak sekaligus membuka peluang pasar melalui penjualan on line,“ kata dia menambahkan.