Kamis 19 Jun 2025 08:18 WIB

Rupiah Menguat 1,72 Persen, BI Catat Kinerja Positif di Mei-Juni

Stabilitas rupiah terjaga meski tekanan global masih tinggi.

Rep: Eva Rianti/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah warga melakukan penukaran mata uang asing di money changer PT Valuta Artha Mas, ITC Kuningan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.865 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (8/4/2025) usai libur Lebaran. Diketahui, penurunan nilai rupiah merupakan dampak dari kebijakan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menerapkan tarif balasan atau resiprokal terhadap ratusan negara. Trump telah mengumumkan tambahan tarif untuk produk impor asal sejumlah negara, termasuk Indonesia sebesar 32 persen yang mulai berlaku penuh per 9 April 2025. Sejumlah mata uang Asia turut melemah. Yuan China melemah 0,17%, rupee India melemah 0,71%, dolar Hong Kong melemah 0,04% dan ringgit Malaysia melemah 0,16%.
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah warga melakukan penukaran mata uang asing di money changer PT Valuta Artha Mas, ITC Kuningan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.865 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (8/4/2025) usai libur Lebaran. Diketahui, penurunan nilai rupiah merupakan dampak dari kebijakan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menerapkan tarif balasan atau resiprokal terhadap ratusan negara. Trump telah mengumumkan tambahan tarif untuk produk impor asal sejumlah negara, termasuk Indonesia sebesar 32 persen yang mulai berlaku penuh per 9 April 2025. Sejumlah mata uang Asia turut melemah. Yuan China melemah 0,17%, rupee India melemah 0,71%, dolar Hong Kong melemah 0,04% dan ringgit Malaysia melemah 0,16%.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyampaikan bahwa pergerakan rupiah menunjukkan perkembangan positif dalam satu setengah bulan terakhir. Penguatan mata uang Garuda terjadi seiring dengan dinamika kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

“Sepanjang bulan Mei hingga pertengahan Juni, rupiah mengalami penguatan secara kuartalan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, yakni sebesar 1,72 persen. Pergerakan kita sejalan dengan pergerakan peers group kita,” ujar Destry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2025 yang digelar secara daring, Rabu (18/6/2025).

Baca Juga

Lebih lanjut, Destry menjelaskan, meskipun risiko global masih tinggi, Indonesia tetap menjadi negara yang mampu menawarkan imbal hasil menarik (attractive yield) bagi instrumen keuangan.

“Ini tercermin dari inflow (aliran modal masuk) selama Juni yang menunjukkan kenaikan pada surat berharga negara (SBN), mencapai sekitar Rp 11 triliun,” ungkapnya.

Di pasar saham, meski masih terjadi outflow (aliran modal keluar), nilainya telah menurun. Outflow pada periode tersebut tercatat sekitar Rp 3 triliun, lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Sementara itu, sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI) mencatatkan outflow sebesar Rp 5 triliun.

“Namun secara keseluruhan, inflow yang masuk ke SBN telah mencapai Rp 43,5 triliun. Ini menambah suplai valas kita di pasar, yang tercermin dari peningkatan transaksi harian di pasar valas. Pada April, rata-rata harian berada di bawah 6 miliar dolar AS, yakni sekitar 5,76 miliar dolar AS. Namun pada Juni, hingga 16 Juni, sudah meningkat menjadi sekitar 6,22 miliar dolar AS,” jelasnya.

Dengan kondisi tersebut, rupiah pun menguat selama sekitar satu setengah bulan terakhir. Destry memastikan bahwa BI akan terus mengoptimalkan operasi pasar terbuka yang pro-pasar.

“Kami akan selalu siap. Kami masih aktif di NDF (non-deliverable forward). Di domestik, kami juga terus melakukan intervensi melalui pasar NDF, spot, dan SBN. Tujuannya tidak hanya menjaga stabilitas rupiah, tetapi juga menambah likuiditas pasar, termasuk melalui pembelian SBN yang telah mencapai Rp 124 triliun,” tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement