Ahad 18 May 2025 07:10 WIB

UMKM Batik Pekalongan Bertahan Empat Generasi, Produksi Tembus 35 Kodi Sehari

Zumi Batik buktikan batik warisan keluarga bisa jadi sumber ekonomi berkelanjutan.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Suasana proses pembuatan batik cap di rumah produksi UMKM Zumi Batik di Kelurahan Pasirkratonkramat, Pekalongan, Jawa Tengah pada Rabu (14/5/2025).
Foto: Eva Rianti/Republika
Suasana proses pembuatan batik cap di rumah produksi UMKM Zumi Batik di Kelurahan Pasirkratonkramat, Pekalongan, Jawa Tengah pada Rabu (14/5/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Pekalongan, daerah di Jawa Tengah yang lekat dengan julukan Kota Batik, telah mempertahankan eksistensi batik secara turun-temurun selama berabad-abad. Batik bukan sekadar karya seni bernilai sejarah, tetapi juga menjadi fondasi peradaban sosial dan ekonomi masyarakat setempat.

Pada Rabu (14/5/2025), Republika menyambangi kawasan produsen batik di Kelurahan Pasirkratonkramat, Pekalongan. Suasana ikonik tergambar dari pemandangan kain-kain batik yang dijemur di pekarangan rumah warga.

Baca Juga

Nyaris setiap rumah memperlihatkan jejeran kain batik beraneka motif. Fenomena ini menandakan bahwa batik telah menyatu dalam kehidupan masyarakat, menjadi identitas sekaligus sumber penghidupan utama. Batik dan Pekalongan seolah membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Banyak warga Pekalongan yang mewarisi usaha batik dari orang tua mereka. Dari generasi ke generasi, batik terus menjadi penopang ekonomi masyarakat yang berkelanjutan. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) batik pun terus bermunculan, menjadikan ekosistem batik tetap hidup.

Salah satunya adalah Zumi Batik, UMKM yang telah bertahan hingga empat generasi. Pemiliknya, Latifa, merupakan generasi ketiga yang kini menjalankan usaha bersama anaknya, Boy Krisna, generasi keempat.

“Usaha ini sudah ada sejak buyut saya. Saya meneruskan. Mayoritas warga di sini memang usaha batik turun-temurun,” ujar Latifa saat ditemui di tempat produksinya di Jalan KH Samanhudi, Pasirkratonkramat, Rabu (14/5/2025) siang.

photo
Suasana proses pembuatan batik cap di rumah produksi UMKM Zumi Batik di Kelurahan Pasirkratonkramat, Pekalongan, Jawa Tengah pada Rabu (14/5/2025). - (Eva Rianti/Republika)

Latifa, perempuan berusia 54 tahun, mulai terjun ke dunia batik sejak 1990-an dengan menjajakan batik milik orang tuanya. Pada awal 2000-an, ia mulai memproduksi batik sendiri dengan modal sekitar Rp 100 juta, di rumah produksi seluas 20 meter persegi.

Saat dikunjungi, rumah produksinya tengah aktif. Sekitar 20 pekerja sibuk mengolah kain. Di bagian depan rumah, terlihat tumpukan kain putih berkodi-kodi. Suasana panas terasa di dalam rumah akibat bejana besar untuk proses nglorod, yakni penghilangan lilin dari kain batik setelah diwarnai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement