Jumat 09 May 2025 10:18 WIB

Menhub Dorong Skytrain Jabodetabek: Hemat Lahan, Minim Investasi

Skytrain bakal jadi moda unggulan feeder MRT dan LRT di permukiman padat Jabodetabek.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah calon penumpang menunggu kedatangan kereta api ringan atau Lintas Raya Terpadu (LRT) Jabodebek di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, Jumat (4/10/2024). PT Kereta Api Indonesia mencatat jumlah penumpang LRT Jabodebek pada kuartal III 2024 sebanyak 5,97 juta orang atau meningkat sebesar 23 persen dibanding kuartal III 2023 yakni sebanyak 4,84 juta orang.
Foto: ANTARA FOTO/Fauzan
Sejumlah calon penumpang menunggu kedatangan kereta api ringan atau Lintas Raya Terpadu (LRT) Jabodebek di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, Jumat (4/10/2024). PT Kereta Api Indonesia mencatat jumlah penumpang LRT Jabodebek pada kuartal III 2024 sebanyak 5,97 juta orang atau meningkat sebesar 23 persen dibanding kuartal III 2023 yakni sebanyak 4,84 juta orang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi mengatakan pemerintah tengah menyiapkan proyek skytrain sebagai moda transportasi feeder untuk LRT dan MRT di kawasan Jabodetabek. Dudy berharap proyek ini dapat menjadi solusi transportasi massal yang efisien, terutama di kawasan padat penduduk.

“Memang kami punya rencana mengenai feeder itu dengan menggunakan skytrain, dari Mekarsari untuk feeder LRT Cibubur, kemudian skytrain feeder untuk MRT yang dari Serpong," ujar Dudy saat berbincang dengan awak media di Restoran Aroem, Jakarta, Kamis (8/5/2025).

Baca Juga

Dudy menyampaikan rute skytrain akan melintasi sejumlah kawasan permukiman yang padat penduduk. Ia mengatakan kawasan tersebut juga memiliki kemampuan untuk menjangkau harga tiket skytrain.

"Rute feeder MRT itu kalau tidak salah dari Serpong ke Bintaro, kemudian Stasiun MRT Lebak Bulus," sambung Dudy.

Dudy menjelaskan proyek ini sedang dalam tahap persiapan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Dalam waktu dekat, ucapnya, pemerintah akan mengadakan investor gathering untuk menjaring minat dari pihak swasta.

"Ini sedang digarap Ditjen Perkeretaapian, rencananya minggu depan ada investor gathering, jadi kita akan undang investor yang berminat untuk menggarap skytrain," ujarnya.

Menurut Dudy, pemilihan moda skytrain didasarkan pada beberapa pertimbangan, salah satunya efisiensi lahan dan biaya. Ia menyampaikan pembangunan skytrain tidak terlalu memerlukan lahan yang luas seperti MRT atau LRT.

"Cost investasinya juga tidak semahal untuk landed. Jadi itu yang menjadi pertimbangan," lanjut Dudy.

photo
Penumpang saat menaiki MRT di Halte Bundaran HI, Jakarta, Senin (21/4/2025). - (Republika/Prayogi)

Ia juga tengah berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri agar bisa memanfaatkan aset atau fasilitas umum milik pemerintah daerah (pemda) untuk menopang infrastruktur skytrain. Hal ini bertujuan menekan biaya pembangunan.

"Soal lahan ini Pak Dirjen kemarin sudah berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri untuk pemanfaatan aset atau fasilitas umum yang dimiliki oleh pemda untuk dipakai sebagai lokasi tiang-tiang skytrain," kata Dudy.

Ia menegaskan solusi ini jauh lebih murah dibanding pembangunan rel kereta konvensional yang membutuhkan pembebasan lahan luas. Hal ini berbeda dengan pembangunan LRT maupun MRT yang menggunakan rel dan memerlukan pembebasan lahan.

"Ini yang Pak Dirjen sedang mengupayakan, ada perubahan aturan. Jadi pemanfaatan fasilitas umum yang dimiliki pemda. Nanti kita akan tawarkan kepada investor mengenai skytrain ini," ucapnya.

Dudy menyebut tiga penyedia teknologi skytrain telah menyatakan minat, salah satunya berasal dari China. Pemerintah membuka peluang kerja sama dengan berbagai negara.

"Targetnya yang penting masyarakat terlayani. Dengan harga investasi yang tidak terlalu mahal, itu yang paling penting," ujar Dudy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement