REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN Indonesia Power (PLN IP) melakukan kegiatan pemberdayaan bagi penyandang disabilitas untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) di Indonesia.
Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (30/4/2025), mengatakan selain memberikan manfaat untuk korporasi, kegiatan yang melibatkan penyandang disabilitas itu, dapat menciptakan manfaat bagi masyarakat yang selaras dengan konsep creating shared value (CSV).
Menurut dia, PLN Indonesia Power melalui Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Kamojang menciptakan ekosistem kendaraan listrik di tingkat masyarakat untuk mengurangi emisi kendaraan, dengan memberi pelatihan konversi motor listrik bagi penyandang disabilitas di Kabupaten Garut, Jabar, melalui program Pemberdayaan Disabilitas Berkarya, Sejahtera, dan Mandiri (Pelita Bersama).
"PLN Indonesia Power terus mewujudkan komitmen dengan mendorong dekarbonisasi untuk membantu pemerintah mencapai net zero emission pada 2060, di antaranya dengan memberikan pelatihan ke penyandang disabilitas sebagai upaya untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik," kata Edwin.
Edwin mengungkapkan kegiatan tersebut dilatarbelakangi dengan adanya kebutuhan mobilitas yang sering kali menemui hambatan, sehingga menjadikan masyarakat penyandang disabilitas memiliki keterbatasan ruang gerak.
Selain itu, dengan melihat banyaknya masyarakat penyandang disabilitas prasejahtera yang semangat untuk melakukan perubahan, PLN IP tergerak untuk memberikan keterampilan lebih yang dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, salah satunya dengan pelatihan konversi motor listrik.
"Kegiatan ini menjadi bukti kepedulian korporasi kepada masyarakat khususnya penyandang disabilitas untuk bisa lebih berdaya, sejahtera dan mandiri," tutur Edwin.
Pelatihan konversi motor listrik yang diberikan oleh Elektrik Rakyat Indonesia (ERI) dan diikuti tujuh penyandang disabilitas, anggota dari Kelompok Pelita Bersama, telah mengonversi dua kendaraan motor konvensional menjadi motor listrik, yang mampu menempuh jarak 60-80 km dengan kapasitas baterai 60 volt dan 35 ampere dan waktu pengisian 3 hingga 4 jam.
Tidak hanya mengonversi kendaraan konvensional menjadi kendaraan listrik, pelatihan itu juga memberikan keterampilan untuk mengonversi kendaraan yang ramah untuk disabilitas dengan memodifikasi menjadi kendaraan roda tiga.
Menurut Edwin, kegiatan tersebut dapat menciptakan manfaat ganda, selain dapat mengurangi emisi sebesar 82,7 ton per tahun dan penghematan biaya BBM Rp 28,6 juta per tahun, kegiatan juga dapat menambah keterampilan para penyandang disabilitas, yang pada akhirnya berpotensi mendapatkan penghasilan tambahan dari kegiatan konversi motor listrik.
Pasalnya, para peserta juga diberikan keterampilan pemeliharaan motor konversi dengan tujuan di masa mendatang para penyandang disabilitas tidak hanya mengonversi, namun juga dapat melakukan pemeliharaan secara rutin.
"Dengan diberikannya pelatihan ini diharapkan dapat mendukung mobilitas rekan-rekan para penyandang disabilitas yang ramah lingkungan, ramah biaya, dan tentunya ramah bagi para disabilitas, serta diharapkan juga dengan kemudahan mobilitas ini dapat meningkatkan produktivitas para penyandang disabilitas untuk dapat terus berkarya, bertumbuh menuju sejahtera dan mandiri menuju Indonesia Emas 2045," ujar Edwin.