Rabu 30 Apr 2025 08:31 WIB

Gelar RUPST 2025, Utang Waskita Karya Turun Rp 14,7 Triliun pada 2024

Tahun lalu, Waskita mencatat penurunan utang Rp 14,7 triliun jadi Rp 69 triliun.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Utang (ilustrasi). Utang Waskita Karya turun Rp 14,7 triliun.
Foto: AP Photo/LM Otero
Utang (ilustrasi). Utang Waskita Karya turun Rp 14,7 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Waskita Karya (Persero) Tbk melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2025 di Gedung Waskita Karya, Jakarta, Selasa (29/4/2025). Terdapat tujuh mata acara yang dibahas dalam agenda rutin tersebut, di antaranya Persetujuan Laporan Tahunan dan Pengesahan Laporan Keuangan Program Pendanaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil (PUMK) Tahun Buku 2024.

Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita mengatakan, proses pemulihan kinerja keuangan dan operasional melalui restrukturisasi menjadi perhatian utama Perseroan selama 2024. Kini, lanjutnya, Waskita Karya pun telah mendapatkan persetujuan dari 22 kreditur perbankan Master Restructuring Agreement (MRA) dan Kredit Modal Kerja Penjaminan (KMKP) 2021 dengan nilai outstanding sebesar Rp 31,65 triliun.

 

"Skema restrukturisasi tersebut telah efektif sejak 17 Oktober 2024. Berkat restrukturisasi yang dijalankan, Perseroan menjadi lebih optimal dalam menata keuangannya," ujar Ermy dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (30/4/2025).

 

Ermy menambahkan, restrukturisasi yang dilakukan pada Obligasi Non-Penjaminan senilai Rp 3,35 triliun juga telah mendapatkan persetujuan atas tiga seri obligasi. Perseroan, kata dia, berhasil mendapatkan persetujuan restrukturisasi tersebut melalui Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO).

 

"Dalam konteks restukturisasi operasional, perusahaan menitikberatkan pada pemulihan kegiatan operasional inti dengan fokus menjadi kontraktor murni. Strategi ini mengedepankan pengerjaan sejumlah proyek dengan skema pembayaran bulanan dan menghindari turnkey, guna menjaga stabilitas modal kerja" ucap Ermy.

 

Ermy menegaskan, manajemen juga berkomitmen untuk melakukan perbaikan Tata Kelola Perseroan. Hal ini menjadi salah satu fokus utama demi mencapai bisnis perusahaan yang prudent dan sustain. 

 

Pada tahun lalu, lanjutnya, Waskita berhasil mencatatkan total penurunan utang sebesar Rp 14,7 triliun menjadi Rp 69,3 triliun. Kinerja Waskita induk atau secara standalone pun mencatatkan keuntungan dengan laba berjalan sebesar Rp 4,8 triliun. Laba itu disebabkan adanya peningkatan pendapatan lain-lain yang berasal dari pengakuan gain atas modifikasi utang dan adanya perbaikan rasio Beban Pokok Pendapatan/Pendapatan Usaha yang menghasilkan peningkatan margin laba kotor dari 0,6 persen pada 2023 menjadi 5,7 persen pada 2024. 

 

Secara konsolidasi, Waskita juga berhasil meningkatkan EBITDA hingga 347 persen dari negatif Rp 0,4 triliun menjadi positif Rp 0,9 triliun. Peningkatan itu dikarenakan kinerja operasional, efisiensi atas beban usaha, dan kontribusi pendapatan lain-lain atas divestasi sebagian kepemilikan saham di ruas Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi).

 

Kemudian, beban keuangan Perseroan turun sebesar 1,8 persen dari Rp 4,4 triliun menjadi Rp 4,3 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan suku bunga pinjaman sejalan dengan restrukturisasi yang telah efektif dan divestasi ruas Tol Bocimi.

 

"Pada tahun lalu, Perseroan berkontribusi terhadap negara terkait pembayaran pajak sebesar Rp1,8 triliun secara konsolidasi," jelas Ermy. Adapun total Nilai Kontrak Baru (NKB) yang didapat Perseroan menembus Rp9,55 triliun sepanjang 2024. Lalu realisasi pendapatan usaha secara konsolidasi mencapai Rp10,7 triliun atau 101 persen dari target Revisi Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement