REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie menegaskan kesiapan Kadin Indonesia dalam mendukung langkah pemerintah merespons kebijakan tarif 32 persen dari Amerika Serikat (AS) dengan strategi diplomasi dagang dan penguatan ekspor nasional. Hal ini disampaikan Anin saat Halal Bihalal dan FGD Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) 2025 bertajuk "Tarif 32 Persen AS: Tantangan dan Peluang Baru dalam Ekspor, Forwarding, dan Logistik Nasional".
"Indonesia saat ini mencatat surplus perdagangan sebesar 18 miliar dolar AS terhadap AS dan salah satu strategi untuk menetralkan angka tersebut adalah dengan merelokasikan impor migas senilai 40 miliar dolar AS," ujar Anin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (26/4/2025).
Dalam forum tersebut, Anin bersama delegasi kadin Indonesia akan bertolak ke AS dengan tiga agenda utama, yaitu menghadiri konferensi transisi energi di New York, bertemu U.S. Chamber of Commerce di Washington DC, dan mengikuti seminar Milken Institute di Los Angeles yang berfokus pada isu keuangan bersama.
Dalam pertemuan di Washington DC, ucap Anin, Kadin Indonesia akan menjajaki peluang peningkatan ekspor Indonesia, serta mencari lawan main baru dalam upaya mencapai ekuilibrium dagang.
"Kami dengar-dengar sudah ada kurang lebih obatnya. Salah satunya dengan merelokasikan impor migas yang 40 miliar dolar AS," ucap Anin.
Anin berharap langkah tersebut dapat menciptakan tarif yang tepat dan pengembalian Generalized System of Preferences (GSP) ke level yang lebih kompetitif dibanding negara tetangga seperti Vietnam yang surplusnya mencapai 130 miliar dolar AS. Kadin Indonesia, lanjut Anin, juga tengah mengupayakan peningkatan ekspor produk unggulan seperti elektronik, garmen, dan alas kaki
Anin menambahkan, Indonesia memiliki potensi besar di sektor nontradisional, seperti daun kelor dan perikanan di Nusa Tenggara Timur, yang bisa langsung diekspor ke AS tanpa harus melalui negara lain. Anin juga mengingatkan dalam waktu 60 hari ke depan, masa yang disebut sebagai masa tenang, Indonesia harus proaktif meningkatkan ekspor.
"AS juga tengah berupaya memperluas ekspor komoditasnya ke Indonesia, seperti kedelai, gandum, dan kapas," ucap Anin.
Anin mencontohkan kunjungan delegasi Cotton US ke Indonesia baru-baru ini yang menandakan ketertarikan AS untuk memperluas pemakaian kapas AS dalam industri garmen nasional. Mengenai relevansi isu ini dengan diskusi logistik, Anin menilai ALFI sebagai pihak yang memiliki data lengkap dan bagian penting dari rantai pasok nasional.
Anin menilai Indonesia berpeluang menjadi pemenang dalam gelombang kebijakan perdagangan global baru. Anin menyampaikan Kadin Indonesia terus memperkuat sinergi dengan asosiasi seperti ALFI, yang menjadi ujung tombak penguatan industri dan logistik nasional.
"Memang transisi satu setengah tahun ke depan tidak akan mudah, tapi jika ini adalah transisi untuk naik kelas, maka itu tidak masalah," kata Anin.