Kamis 17 Apr 2025 18:31 WIB

China Mengaku akan Abaikan Permainan Angka Tarif Trump

Beijing menyampaikan akan mengabaikan ‘permainan angka tarif’ Trump.

Rep: Eva Rianti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Presiden AS Donald Trump menghadiri pertemuan bilateral dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping selama KTT pemimpin G20 di Osaka, Jepang, 29 Juni 2019.
Foto: REUTERS/Kevin Lamarque
Presiden AS Donald Trump menghadiri pertemuan bilateral dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping selama KTT pemimpin G20 di Osaka, Jepang, 29 Juni 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif terbaru untuk China sebesar 245 persen, sebagai respons atas tindakan balasan yang dilakukan oleh Presiden China Xi Jinping. Menanggapi tindakan Trump, Beijing menyampaikan akan mengabaikan ‘permainan angka tarif’ Trump.

“China tidak akan peduli jika Amerika Serikat terus memainkan ‘permainan angka tarif',” kata Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari Reuters, Kamis (17/4/2025).

Baca Juga

Hal itu disampaikan Kementerian Luar Negeri China usai Gedung Putih menguraikan tentang bagaimana China menghadapi tarif hingga 245 persen karena tindakan balasannya. Dalam lembar fakta yang dirilis pada Selasa, Gedung Putih mengatakan, total bea masuk China mencakup tarif timbal balik terbaru sebesar 125 persen, tarif 20 persen untuk mengatasi krisis fentanil, dan tarif antara 7,5 persen dan 100 persen untuk barang-barang tertentu. Keputusan itu dilakukan sebagai upaya dalam mengatasi praktik perdagangan yang tidak adil.

Diketahui, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif tambahan untuk semua negara dua minggu lalu, sebelum tiba-tiba mencabut ‘tarif timbal balik’ yang lebih tinggi untuk puluhan negara, sambil tetap mengenakan bea masuk yang berat untuk China.

Beijing menaikkan pungutannya sendiri atas barang-barang AS sebagai respons, dan belum mengupayakan perundingan, yang menurutnya hanya dapat dilakukan atas dasar saling menghormati dan kesetaraan. Sementara itu, banyak negara lain telah mulai mempertimbangkan kesepakatan bilateral dengan Washington.

Pekan lalu, China juga mengajukan keluhan baru kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang menyatakan ‘kekhawatiran serius’ atas tarif AS, menuduh Washington melanggar aturan badan perdagangan global tersebut.

China pada minggu ini secara tak terduga menunjuk negosiator perdagangan baru yang akan menjadi kunci dalam setiap pembicaraan untuk menyelesaikan perang tarif yang meningkat, menggantikan kepala perdagangan Wang Shouwen dengan Li Chenggang, utusannya untuk WTO.

Washington mengatakan Trump terbuka untuk membuat kesepakatan perdagangan dengan China, tetapi Beijing harus mengambil langkah pertama, bersikeras bahwa China membutuhkan ‘uang kita’.

Ekonomi Global Melambat

Terpisah, mengutip dari Al Jazeera, para ekonom mengatakan bahwa tarif Trump, jika tidak dilonggarkan, akan menghentikan sebagian besar perdagangan antara AS dan China karena kenaikan biaya yang sangat tinggi.

Organisasi Perdagangan Dunia pada Rabu menyampaikan bahwa volume perdagangan global diperkirakan akan turun sebesar 0,2 persen pada 2025 dalam kondisi saat ini – atau hampir tiga poin persentase lebih rendah daripada skenario dasar tarif rendah.

“Efek limpahan dari ‘tarif timbal balik’ Trump, yang sebagian besar telah dihentikan hingga Juli, dapat menyebabkan penurunan yang lebih tajam sebesar 1,5 persen dalam perdagangan barang global, dan merugikan negara-negara kurang berkembang yang berorientasi ekspor,” kata WTO.

Kantor Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) juga merevisi prediksinya untuk pertumbuhan global turun dari 2,5 persen menjadi 2,3 persen pada 2025, mencatat dalam penilaiannya bahwa pertumbuhan di bawah ambang batas 2,5 persen sering kali menandakan resesi global.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement