REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah sedang memetakan wilayah kerja (WK) yang bisa menghasilkan Liquefied Petroleum Gas (LPG). Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menegaskan hal itu saat ditemui di acara peresmian proyek fasilitas gas Akatara di Jambi, Rabu (16/4/2025).
Proyek tersebut milik Jadestone Energy Pte Ltd, perusahaan hulu migas independen yang banyak beroperasi di Asia Pasifik. Menurut Yuliot, apa yang terjadi di lapangan Akatara itu idealnya diduplikasikan di tempat lain. Pasalnya negara sangat membutuhkan tambahan produksi LPG domestik. Sehingga mengurangi ketergantungan pada impor.
"Jadi kalau ada lapangan yang menghasilkan gas itu seperti di Akatara ini, justru sangat berpotensi meningkatkan ketersediaan energi," kara Wamen ESDM.
Saat memberikan sambutan, ia mengatakan impor LPG Indonesia kurang lebih 80 persen dari kebutuhan nasional. Menurut Yuliot, keadaan demikian membuat pengeluaran negara membengkak. Devisa untuk LPG dan BBM, jelas dia, menyentuh angka Rp 500 triliun.
Yuliot menerangkan realisasi investasi proyek di lapangan Akatara WK Lembang ini sebesar 130 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 2 triliun. Hasilnya ada tiga bagian. Itu antara lain gas, LPG, serta kondensat.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto menambahkan hasil dari investasi proyek ini yakni mendapatkan total kapasitas produksi sebesar 25,7 juta standar kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMSCFD) untuk raw gas, 185 metrik ton (MT) per hari untuk LPG, serta kondensat 1.098 barel per hari (barrel per day/BPD).
Djoko menerangkan proyek ini melibatkan 63 pekerja Jadestone, Didukung 200 tenaga kerja main contractor, dan 1.600 subkontraktor. Proyek ini membukukan lebih dari 8,2 juta jam kerja, tanpa ada kesalahan. "Dari segi TKDN, komitmen direncanakan mencapai 52 persen yang saat ini, masih diversifikasi oleh PT Surveyor Indonesia, dan diharapkan bisa mencapai lebih tinggi lagi," ujarnya.
Ia kembali mempertegas mengenai nilai investasi proyek ini. Menurut Djoko proyek ini secara total membutuhkan investasi sekitar 100 juta dolar AS, yang mencakup fasilitas produksi dan aktivitas pengeboran. Realisasinya lebih dari itu yakni sekitar 130 juta dolar AS.
Kepala SKK Migas bersyukur proyek ini turut menambah produksi LPG dalam negeri. Semua LPG dari lapangan ini dipasok untuk kebutuhan domestik. Penyalurannya dilakukan setiap hari dari dari fasilitas ini melalui skema trucking oleh pemilih.
Produksi aktual saat ini, lanjut Djoko kurang lebih 19,4 MMSCFD untuk gas, 180 MT per hari, 1.000 BDP kondensat. "Kita bersyukur semua produksi aktual sudah dapat dikomersialisasikan dimana gas pipa dipasok ke PLN Batam, LPG ke Pertamina Patra Niaga dan PT Kimia Yasa, serta Kondensat ke PT Laban Raya Samodra.
Gubernur Jambi Al Haris berterimakasih atas semua investasi yang masuk ke wilayahnya. Ia siap mengawal kebijakan pemerintah pusat dalam memaksimalkan sumber daya alam. Pada akhirnya, ia berharap hasilnya untuk kebaikan bersama.