Rabu 09 Apr 2025 09:45 WIB

Analis Nilai Performa IHSG Masih Lebih Baik dari Sejumlah Negara

Market merespons positif resiliensi perekonomian Indonesia.

Jurnalis melaporkan terkait pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (8/4/2025). IHSG dibuka anjlok 9,19 persen ke level 5.912,06 pada perdagangan Selasa (8/4/2025) di tengah gonjang ganjing penerapan kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung mengambil tindakan tegas berupa trading halt dan penyesuaian batas Auto Rejection Bawah (ARB) demi menjaga stabilitas pasar. Pada pukul 09.00 WIB, BEI menghentikan sementara perdagangan sistem JATS karena IHSG tercatat turun hingga 8 persen. Perdagangan dilanjutkan kembali pada pukul 09.30 WIB tanpa perubahan jadwal.
Foto: Republika/Prayogi
Jurnalis melaporkan terkait pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (8/4/2025). IHSG dibuka anjlok 9,19 persen ke level 5.912,06 pada perdagangan Selasa (8/4/2025) di tengah gonjang ganjing penerapan kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung mengambil tindakan tegas berupa trading halt dan penyesuaian batas Auto Rejection Bawah (ARB) demi menjaga stabilitas pasar. Pada pukul 09.00 WIB, BEI menghentikan sementara perdagangan sistem JATS karena IHSG tercatat turun hingga 8 persen. Perdagangan dilanjutkan kembali pada pukul 09.30 WIB tanpa perubahan jadwal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia masih lebih baik dari sejumlah negara. Pelaku pasar merespons positif ketahanan ekonomi Indonesia.

“Saya akui memang jauh lebih baik, sebab market merespons positif resiliensi perekonomian Indonesia,” kata Nafan dalam keterangan di Jakarta, Rabu (9/4/2025).

Baca Juga

Pasar global anjlok akibat tarif Amerika Serikat (AS) dan retaliasi China, mendorong alih investasi ke aset lindung nilai atau safe haven assets. Namun demikian, performa pasar Indonesia lebih baik dibandingkan negara-negara lainnya dan Amerika Serikat.

Hal ini tercermin dari data yang dipaparkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati pada acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Jakarta, Selasa (8/4/2025). Dalam paparan itu, Menkeu Sri Mulyani mencatat IHSG melemah 7,8 persen per 8 April 2025 terhadap 2 April, yaitu hari pengumuman tarif Presiden Trump di “Liberation Day". IHSG sendiri pada full day 8 April ditutup turun 7,9 persen ke 5.996,14.

Performa pasar Indonesia ini lebih baik dari pelemahan pasar di Italia yang sebesar 14,2 persen, Argentina 14 persen, Vietnam 13,8 persen, Prancis 11,9 persen, Singapura 11,8 persen, Jerman 11,6 persen, dan bahkan indeks market AS sendiri yang merosot 10,7 persen. Indonesia juga lebih baik dari Inggris yang merosot 10,5 persen, Kanada melemah 9,7 persen, Thailand turun 9,1 persen, dan Jepang yang merosot 8,2 persen.

photo
Jurnalis memantau layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (8/4/2025). IHSG dibuka anjlok 9,19 persen ke level 5.912,06 pada perdagangan Selasa (8/4/2025) di tengah gonjang ganjing penerapan kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung mengambil tindakan tegas berupa trading halt dan penyesuaian batas Auto Rejection Bawah (ARB) demi menjaga stabilitas pasar. Pada pukul 09.00 WIB, BEI menghentikan sementara perdagangan sistem JATS karena IHSG tercatat turun hingga 8 persen. Perdagangan dilanjutkan kembali pada pukul 09.30 WIB tanpa perubahan jadwal. - (Republika/Prayogi)

Lebih lanjut, Nafan mengatakan paparan ekspor Indonesia ke AS hanya 2 persen dari PDB, terendah di Asia Tenggara (dibanding Thailand 11 persen dan Malaysia 10 persen). Adapun meski produk Indonesia dikenakan tarif resiprokal AS sebesar 32 persen, tarif ini masih lebih rendah dibanding negara pesaing seperti Bangladesh, Kamboja, China, Sri Lanka, dan Vietnam yang dikenai bea masuk 37-49 persen.

Penerapan tarif resiprokal ke Indonesia oleh AS ini malah bisa memperkuat daya saing Indonesia dalam menarik investasi asing langsung (FDI).  “Insentif dari pemerintah juga menarik sekali dan ditunggu oleh para pelaku pasar,” ujar Nafan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement