Rabu 09 Apr 2025 09:16 WIB

Praktisi: Stabilitas Rupiah Perlu Agar tak Memperburuk Gejolak IHSG

Koreksi IHSG masih berlanjut dalam beberapa hari ke depan, dengan laju lebih lambat.

Karyawan menunjukkan uang dollar dan rupiah di money changer PT Valuta Artha Mas, ITC Kuningan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.865 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (8/4/2025) usai libur Lebaran. Diketahui, penurunan nilai rupiah merupakan dampak dari kebijakan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menerapkan tarif balasan atau resiprokal terhadap ratusan negara. Trump telah mengumumkan tambahan tarif untuk produk impor asal sejumlah negara, termasuk Indonesia sebesar 32 persen yang mulai berlaku penuh per 9 April 2025. Sejumlah mata uang Asia turut melemah. Yuan China melemah 0,17%, rupee India melemah 0,71%, dolar Hong Kong melemah 0,04% dan ringgit Malaysia melemah 0,16%.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan menunjukkan uang dollar dan rupiah di money changer PT Valuta Artha Mas, ITC Kuningan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.865 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (8/4/2025) usai libur Lebaran. Diketahui, penurunan nilai rupiah merupakan dampak dari kebijakan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menerapkan tarif balasan atau resiprokal terhadap ratusan negara. Trump telah mengumumkan tambahan tarif untuk produk impor asal sejumlah negara, termasuk Indonesia sebesar 32 persen yang mulai berlaku penuh per 9 April 2025. Sejumlah mata uang Asia turut melemah. Yuan China melemah 0,17%, rupee India melemah 0,71%, dolar Hong Kong melemah 0,04% dan ringgit Malaysia melemah 0,16%.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi bidang Macro & Fixed Income pada PT Mega Capital Indonesia Lionel Priyadi menilai penting menjaga stabilitas rupiah agar tidak memperburuk gejolak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan mempertahankan kepercayaan investor di pasar keuangan nasional. Menurutnya bila nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bisa dijaga stabil dalam hal ini tidak melemah melewati angka Rp 16.900 per dolar AS, maka tekanan terhadap pasar saham tidak akan terlalu buruk.

"Bila BI (Bank Indonesia) berhasil menjaga Rupiah di bawah Rp 16.900 maka koreksi mungkin tidak seburuk yang ditakutkan," kata Lionel di Jakarta, Selasa (8/4/2025).

Baca Juga

Diketahui, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa pagi, bergerak turun mengikuti pelemahan bursa saham global imbas kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS). IHSG dibuka melemah 596,33 poin atau 9,16 persen ke posisi 5.914,28. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 92,61 poin atau 11,25 persen ke posisi 651,90.

Merespons hal itu, Lionel mengatakan penghentian sementara perdagangan efek (trading halt) yang terjadi hari ini merupakan dampak akumulasi libur Lebaran Idul Fitri 2025, di mana selama masa tersebut pasar global mengalami koreksi tajam akibat kekacauan tarif yang dipicu kebijakan Presiden AS, Donald Trump.

"Trading halt hari ini merupakan efek akumulasi libur lebaran, dimana selama libur pasar global mengalami koreksi yang dalam akibat kekacauan tarif Trump," ujarnya.

Ia memperkirakan koreksi IHSG masih bisa berlanjut dalam beberapa hari ke depan, namun dengan laju yang lebih lambat, dan target teknikal selanjutnya diprediksi berada di kisaran level 5.700. Namun, koreksi tersebut sangat bergantung pada kemampuan Bank Indonesia dalam menjaga Rupiah tetap stabil di bawah level 16.900, agar dampaknya terhadap pasar tidak menjadi lebih buruk dari yang dikhawatirkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement