REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Norwegia, Kamis (3/4/2025), menyampaikan kekhawatirannya tarif yang baru diberlakukan oleh AS dapat bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar NATO, khususnya Pasal 2, yang menekankan kerja sama ekonomi di antara sekutu untuk mencegah konflik.
"Jika Anda menginginkan NATO yang kuat, Anda harus memastikan bahwa ada pertumbuhan ekonomi sebanyak mungkin di negara-negara NATO," kata Menteri Luar Negeri Norwegia Espen Barth Eide saat berkunjung ke Brussels untuk menghadiri pertemuan NATO, menurut penyiar Norwegia NRK.
"Itulah wawasan dari mereka yang mendirikan NATO, bahwa kerja sama ekonomi akan baik untuk seluruh aliansi," katanya.
Dia menyarankan langkah-langkah ekonomi yang merusak perdagangan antara anggota NATO dapat melemahkan aliansi secara keseluruhan. Dia juga mengonfirmasi bahwa dia berencana untuk mengangkat masalah tersebut secara langsung dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dalam sebuah pertemuan di Brussels.
Dilansir laman Anadolu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif minimum 10 persen pada Rabu (2/4/2025) untuk impor dari sebagian besar negara, termasuk Inggris, yang akan mulai berlaku pada Sabtu. Meskipun tarif 10 persen terhadap Inggris akan terasa, menurut Perdana Menteri Inggris Kier Starmer, importir barang-barang Inggris terhindar dari tarif yang lebih tinggi, seperti tarif 20 persen yang dikenakan terhadap Uni Eropa, 54 persen terhadap China dan 46 persen terhadap Vietnam.
Tarif tersebut telah memicu kekhawatiran di antara para pemimpin Eropa, yang khawatir tarif tersebut dapat membebani hubungan transatlantik pada saat NATO berupaya menghadirkan front persatuan dalam menghadapi ancaman keamanan global.