Rabu 19 Mar 2025 14:37 WIB

Kementan Pastikan Dampingi Petani Jeruk untuk Tingkatkan Produktivitas

Kementan komitmen dampingi petani.

Pekerja membenahi pohon jeruk.
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja membenahi pohon jeruk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan terus mendampingi petani jeruk dalam upaya meningkatkan produktivitas melalui berbagai program pendampingan, pelatihan, dan bantuan teknis agar hasil jeruk lokal semakin optimal dan berkualitas.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Muhammad Taufiq Ratule mengatakan bahwa dukungan pemerintah terus dilakukan terhadap produksi jeruk lokal.

Baca Juga

"Kami terus melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani agar kualitas jeruk lokal semakin meningkat," kata Taufiq dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Dia menyampaikan Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan produksi, produktivitas, dan daya saing jeruk lokal melalui berbagai program.

Pengembangan kampung jeruk, penyediaan benih bermutu, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) ramah lingkungan, serta fasilitasi sarana dan prasarana pascapanen menjadi fokus utama.

Selain itu, pendampingan dan pembinaan petani juga dilakukan secara intensif. Pemerintah juga mendorong penerapan teknologi agar jeruk lokal dapat berproduksi sepanjang tahun.

"Dengan berbagai upaya ini, diharapkan jeruk lokal dapat terus memenuhi kebutuhan pasar dan bersaing dengan produk impor," tuturnya.

Dia juga memastikan bahwa produksi jeruk lokal di Indonesia dapat mencukupi kebutuhan secara nasional, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar domestik.

Menurutnya, tanaman jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura andalan Indonesia, terus menunjukkan eksistensi di pasar domestik. Berbagai jenis jeruk lokal, seperti keprok/siam, pamelo, dan lemon, tetap digemari konsumen karena kesegaran dan cita rasanya yang khas.

Ia menyebutkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi jeruk nasional pada 2024 mencapai 2,65 juta ton. Jumlah itu dihasilkan dari berbagai sentra produksi, antara lain Banyuwangi, Malang, Bangli, Karo, Sambas, dan Barito Kuala. Keberadaan jeruk lokal ini dinilai mampu bersaing dengan produk impor, bahkan telah merambah pasar modern.

Taufiq juga meluruskan pemberitaan yang menyebutkan produktivitas jeruk lokal hanya 3,8 ton per hektare. Sedangkan merujuk pada data BPS 2024, produktivitas jeruk lokal mencapai 44,8 ton per hektare, jauh melebihi produktivitas jeruk dari China yang sebesar 19,5 ton per hektare.

Meski produksi lokal diklaim mencukupi, lanjut Taufiq, pemerintah tetap membuka keran impor jeruk. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar di luar musim panen jeruk lokal.

"Kami memberikan rekomendasi impor dengan persyaratan teknis yang ketat, termasuk dokumen Good Agriculture Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP)," jelas Taufiq.

Langkah itu, menurutnya, bertujuan untuk menjamin keamanan pangan produk impor sekaligus melindungi produksi jeruk lokal. Pada 2024, rekomendasi impor jeruk hanya sebesar 56,3 ribu ton atau 2,1 persen dari produksi nasional.

Jeruk impor berasal dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Afrika Selatan, Argentina, Australia, Pakistan, China, dan Mesir.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement