Sabtu 15 Mar 2025 14:23 WIB

Bakal Pakai Skema Joint Venture, Pertamina Berpotensi Dilibatkan Garap Kilang Jumbo

Pembangunan kilang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dalam negeri.

Rep: Frederikus Dominggus Bata/ Red: Friska Yolandha
Pekerja Pertamina memeriksa fasilitas produksi di unit Kilang Langit Biru Cilacap (KLBC) yang dikelola PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (25/10/2024). Kilang Cilacap merupakan salah satu kilang besar yang dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional yang memiliki kapasitas pengolahan 348 ribu barrel per hari. Kilang Cilacap merupakan kilang penghasil avtur terbesar milik Pertamina dan menghasilkan produk gasoline berkualitas tinggi dari unit Kilang Langit Biru Cilacap (KLBC) serta unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC).  Unit RFCC sendiri beroperasi sejak tahun 2015, sementara unit KLBC tahun 2020.
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja Pertamina memeriksa fasilitas produksi di unit Kilang Langit Biru Cilacap (KLBC) yang dikelola PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (25/10/2024). Kilang Cilacap merupakan salah satu kilang besar yang dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional yang memiliki kapasitas pengolahan 348 ribu barrel per hari. Kilang Cilacap merupakan kilang penghasil avtur terbesar milik Pertamina dan menghasilkan produk gasoline berkualitas tinggi dari unit Kilang Langit Biru Cilacap (KLBC) serta unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC). Unit RFCC sendiri beroperasi sejak tahun 2015, sementara unit KLBC tahun 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berencana mengerjakan mega proyek di sektor energi. Target tersebut, yakni pembangunan beberapa kilang minyak dengan total 1 juta barel per hari (BPH). 

Proyek kilang jumbo ini diprediksi bakal menghabiskan dana ratusan triliun. Pada Jumat (14/3/2025), Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung memberi sinyal Pertamina dilibatkan dalam pengerjaan proyek tersebut. Nantinya BUMN itu, bisa berkolaborasi dengan perusaaan lain.

Baca Juga

"Untuk investor, kita akan konsolidasikan. Jadi ya bisa dalam bentuk joint venture dengan Pertamina," kata Yuliot di Jakarta, dikutip Sabtu (15/3/2025).

Pemerintah, lanjut dia, menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Terpenting, beberapa perusahaan bergabung mengerjakan proyek yang sama. Kemudian, target terselesaikan sesuai rencana kerja.

"Ini kan kita joint venture, Jadi apakah ada badan usaha dalam negeri atau nanti dari luar, ya tergantung kondisi yang ada. Jadi sehingga seluruh kilang itu bisa terbangun," ujar Yuliot.

Ia menerangkan, daftar proyek kilang baru ini, akan diumumkan secara resmi oleh Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. Sebelumnya, pemerintah menargetkan pembangunan fasilitas pengolahan minyak (refinery) dengan total kapasitas 500 ribu BPH. Beberapa hari kemudian, target ditingkatkan.

Bahlil menegaskan peningkatan kapasitas kilang minyak 100 persen, dari semula 500 ribu BPH menjadi 1 juta BPH, merupakan hasil ratas implementasi teknis hilirisasi bersama Presiden Prabowo Subianto. Hal ini demi menjaga ketahanan energi nasional dan sebagai perwujudan Asta Cita Kabinet Merah Putih sekaligus menghentikan ketergantuan Indonesia kepada kilang negara lain.

Salah satu pertimbangan peningkatan kapasitas kilang minyak ini yaitu adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan produksi minyak dalam negeri. Oleh karena itu, Pemerintah akan membangun terminal penyimpanan BBM (storage) dengan kapasitas yang sama dengan kilang. "Karena kita masih impor 1 juta barel per hari," jelas sosok yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement