REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisnis gadai di Indonesia terus menunjukkan tren positif, terutama menjelang Ramadhan. Per Januari 2025, penyaluran pembiayaan perusahaan pergadaian tercatat naik 28,27 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 89,43 triliun. Dari total tersebut, sebesar 82,18 persen atau Rp 73,49 triliun berasal dari produk gadai.
Peningkatan ini mencerminkan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap layanan gadai, termasuk untuk persiapan Ramadhan. Tren ini diperkirakan terus berlanjut seiring meningkatnya kebutuhan dana cepat untuk konsumsi dan usaha kecil selama bulan suci.
Di sisi lain, dengan adanya izin usaha bulion, PT Pegadaian semakin mengukuhkan posisinya dalam industri gadai. Hal ini menimbulkan kesenjangan dengan perusahaan pergadaian swasta yang belum memiliki izin serupa.
"Izin usaha bulion diberikan kepada LJK yang memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan finansial bagi industri/manufaktur yang ada dalam rantai pasok emas di Indonesia," kata Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM, dan LJK Lainnya dalam jawaban tertulisnya dikutip Sabtu (8/3/2025).
Ia menambahkan, penyelenggara usaha bulion harus memenuhi persyaratan ketat, termasuk permodalan yang kuat serta infrastruktur dan sumber daya manusia yang mampu melakukan penilaian keaslian emas. "Sejauh ini PT Pegadaian memang lebih siap dalam menyelenggarakan kegiatan usaha bulion dibandingkan dengan pergadaian swasta," ujarnya.
Dengan proyeksi bisnis gadai yang terus meningkat, terutama selama Ramadan, perusahaan pergadaian dituntut untuk lebih inovatif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, dominasi PT Pegadaian dalam bisnis bulion berpotensi memperlebar kesenjangan dengan pergadaian swasta yang belum memiliki akses serupa.