Selasa 04 Mar 2025 23:15 WIB

Saham Perbankan Tertekan, OJK Ungkap Penyebab dan Strategi Menghadapinya

Perbankan tetap optimistis menghadapi kondisi ini dengan fokus pada fundamental.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae.
Foto: Tangkapan Layar
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap sejumlah faktor yang melatarbelakangi tekanan terhadap saham perbankan, yang turut terdampak oleh penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menjelaskan bahwa kondisi ini tidak terlepas dari aksi jual investor asing yang sesuai dengan risk appetite mereka, yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal.

"Ya memang bisa dikatakan kondisi penurunan IHSG dan harga saham perbankan tidak terlepas dari adanya aksi jual investor asing sesuai dengan risk appetite yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal. Antara lain divergensi pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih terus berlanjut," kata Dian dalam konferensi pers RDK yang diikuti secara daring, Selasa (4/3/2025).

Baca Juga

Dian menambahkan, penguatan ekonomi Amerika Serikat serta dampak kebijakan tarif juga menahan proses disinflasi di negara tersebut, yang berujung pada terbatasnya ekspektasi penurunan suku bunga acuan The Fed (Fed Fund Rate).

"Nah ini sehingga memang kita akan mungkin akan waktu yang cukup lama masih akan ada di rezim tingkat suku bunga tinggi," ujarnya.

Selain itu, penguatan mata uang dolar AS pasca pemilu juga berpengaruh terhadap pandangan investor terhadap aset-aset berbasis rupiah, termasuk saham-saham blue chip seperti perbankan. Dari sisi domestik, Dian menjelaskan bahwa kondisi likuiditas pasar dalam menghadapi situasi ekonomi global yang belum stabil serta penurunan daya beli masyarakat turut menjadi faktor internal yang mempengaruhi pergerakan saham perbankan.

Meski demikian, perbankan tetap optimis menghadapi kondisi ini dengan fokus pada fundamental yang solid dan tata kelola yang baik untuk menjaga kepercayaan investor.

"Menghadapi situasi harga saham tersebut perbankan tetap optimis, mereka akan fokus pada kinerja fundamental yang solid dan tata kelola yang baik dan tetap menjaga kepercayaan investor," ujar Dian.

Selain itu, OJK mengimbau industri perbankan untuk meningkatkan komunikasi dengan investor ritel maupun institusi, serta mengevaluasi kesenjangan antara kinerja yang telah dicapai dengan persepsi pasar.

"Kalau saya katakan sekarang situasi persepsi market dengan kondisi bank-bank kita seperti yang kita uraikan sangat baik dengan fundamental, sesuatu yang normal terjadi seperti itu," tambahnya.

Menurutnya, strategi yang lebih terarah diperlukan agar perbankan tetap optimis menghadapi dinamika ekonomi global dan domestik, mengingat peran sektor perbankan yang masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional.

"Bahwa Indonesia masih bank-driven economy, jadi memang kecepatan tingginya pertumbuhan ekonomi sendiri," ujarnya.

OJK memastikan akan terus memantau perkembangan pasar saham perbankan serta berkolaborasi dengan industri dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas sektor keuangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement