Jumat 31 Jan 2025 14:48 WIB

Trump Enggan Dukung Mobil Listrik, Nikel RI Terancam Lesu?

Indonesia terus menjalin komunikasi dengan AS sebagai salah satu mitra dagang.

Rep: Muhammad Nursyamsi / Red: Satria K Yudha
Penggunaan SPKLU PLN EYE tipe pole mounted charging (SPKLU Tiang), di kantor PLN di jalan KS Tubun, Jakarta Barat yang sudah beroperasi dan siap melayani pengguna electric vehicle. Ke depan, ketersediaan SPKLU Tiang akan diperluas di seluruh wilayah Indonesia.
Foto: dok Republika
Penggunaan SPKLU PLN EYE tipe pole mounted charging (SPKLU Tiang), di kantor PLN di jalan KS Tubun, Jakarta Barat yang sudah beroperasi dan siap melayani pengguna electric vehicle. Ke depan, ketersediaan SPKLU Tiang akan diperluas di seluruh wilayah Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang baru-baru ini menghapus insentif kendaraan listrik memicu penurunan harga nikel global. Meski demikian, Pemerintah Indonesia melihat peluang positif dari situasi ini.  

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menyatakan penurunan harga nikel justru dapat meningkatkan daya saing baterai kendaraan listrik berbasis nikel. Hal ini membuka peluang perdagangan nikel Indonesia ke AS.  

Baca Juga

"Justru dengan harga nikel yang turun, itu membuat baterai kendaraan listrik berbasis nikel akan juga lebih meningkat," ujar Rosan usai konferensi pers capaian realisasi investasi kuartal IV 2024 di Jakarta, Jumat (31/1/2025).

Rosan menjelaskan baterai berbasis lithium-iron-phosphate (LFP) sebelumnya lebih diminati karena harga nikel yang tinggi. Namun, dengan harga nikel yang kini lebih rendah, ucap Rosan, baterai berbasis nikel menjadi lebih kompetitif.  

"Baterai berbasis nikel ini memang untuk jarak tempuh yang lebih baik dan lebih bagus daripada baterai kendaraan listrik berbasis LFP. Dengan harga yang tidak terlalu tinggi, akan lebih banyak baterai kendaraan listrik berbasis nikel," lanjut Rosan.  

Selain memanfaatkan peluang perdagangan nikel, Rosan mengatakan Indonesia terus menjalin komunikasi dengan AS sebagai salah satu mitra dagang dan investor besar Indonesia. Rosan menegaskan Indonesia tetap memonitor terhadap berbagai kebijakan AS.  

"Kita juga terus mengamati kebijakan-kebijakan dari Presiden Trump dan AS sebagai mitra dagang dan salah satu investor besar Indonesia. Komunikasi kita tetap berjalan dengan AS," sambung Rosan.  

Menurut Rosan, Indonesia juga telah memaparkan berbagai langkah strategis yang dilakukan, termasuk keputusan bergabung dengan OECD dan BRICS. Di saat bersamaan, Indonesia mendukung inisiatif ekonomi AS, seperti IPF dan pengembangan inovasi ekonomi digital, termasuk sektor kripto. "Kita terbuka saja, kita fair saja karena itu sesuai dengan kebijakan kita," kata Rosan.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement