REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia berharap target nasional lifting minyak 2025 bisa tercapai. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), target lifting minyak di tahun ini berada di angka 605 ribu barel oil per day (BOPD).
Bahlil menyinggung fakta dalam beberapa tahun terakhir. Ini tentang realisasi lifting yang selalu di bawah apa jumlah yang ditargetkan. Belakangan, jelas dia, terjadi perubahan positif.
"Nah dalam dua bulan terakhir, di November-Desember (2024), itu sudah mencapai 600 ribu BOPD - 602 ribu BOPD. Ya doakan saja mudah-mudahan ini menjadi angin bagus untuk kita memasuki target di 2025," kata sosok yang juga Ketua Umum Partai Golkar itu dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, pada akhir pekan ini.
Seperti sudah disinggung sebelumnya, ia optimistis target 605 ribu BOPD bisa tercapai. Sebelumnya, menurut Bahlil saat ia baru masuk ke ESDM, ia langsung melakukan penyesuaian. Pada September 2024 lalu, lifting minyak, kata dia, berada di angka 575 ribu - 580 ribu BOPD.
Ia dan timnya melakukan berbagai terobosan. Salah satunya, memaksimalkan sumur-sumur idle. Lalu mendorong penerapan teknologi seperti enhanced oli recovery (EOR), dan sebagainya.
"Kami yakin ini akan tercapai karena lifting kita kan turun terus. Antara target APBN dengan realisasi kan hampir tidak pernah tercapai. Kali ini kita fokus betul untuk kita mendorong. Kami usahakan Insya Allah bisa melebihi dari target ABBN, karena itu kita melakukan reform berbagai langkah-langkah Yang saling menguntungkan antara KKKS dengan pemerintah," tutur Bahlil.
Ia melanjutkan, itu termasuk mengatur skema bagi hasil, apakah dengan gross split atau cost recovery. Semua pihak terkait mencari jalan tengah. Para kontraktor pun diharapkan bisa meningkatkan produksi.
Data Kementerian ESDM menunjukkan pada 2020, produksi migas menyentuh angka 708 ribu BOPD. Pada 2021, turun ke angka 659 ribu BOPD. Kemudian pada 2022 (612 ribu BOPD), 2023 (606 ribu). Lalu hingga penghujung 2024 seperti yang sudah disebutkan di atas, yakni di angka 575 ribu-580 ribu BOPD.
Pemerintah menargetkan pada 2030 produksi minyak satu juta barel per hari (BOPD). Dengan demikian bisa mengurangi jatah impor, dan memuluskan langkah menuju ketahanan energi.